Tapi di rumah kita merasa tidak perlu pura-pura atau jaga image. Akhirnya, segala emosi yang mungkin kita tahan di luar justru dilepaskan ke keluarga.Â
Parahnya, kita juga sering berpikir, "Ah, mereka kan keluarga, pasti ngerti kok. Mau ngomong kasar atau marah-marah, toh mereka nggak bakal pergi." Tapi justru karena mereka keluarga, harusnya kita lebih jaga sikap, kan?
2. Ekspektasi Terlalu Tinggi ke Keluarga
Jujur deh, kamu pernah tidak merasa lebih pengertian dengan teman yang lama balas chat, tapi langsung bete kalau saudara sendiri yang begitu?Â
Atau, lebih mudah memaafkan teman yang lupa janji, tapi sulit menerima kalau itu terjadi pada orang tua?
Ini terjadi karena kita punya ekspektasi tinggi terhadap keluarga. Kita berpikir bahwa mereka harus lebih peka, lebih mengerti, dan lebih memahami kita dibanding orang lain.Â
Akibatnya, kalau ada hal kecil yang meleset dari ekspektasi, kita lebih mudah kecewa dan marah. Â
Padahal, keluarga juga manusia yang bisa lupa, bisa sibuk, dan bisa tidak selalu paham apa yang kita mau.Â
Hanya karena mereka lebih dekat, bukan berarti mereka harus selalu bisa membaca pikiran kita.Â
3. Tekanan dan Stres yang Tidak Tersalurkan
Banyak orang yang menjalani hari-hari penuh tekanan—entah dari pekerjaan, kuliah, bisnis, atau hal-hal pribadi.Â
Tapi di luar rumah, mereka tidak bisa sembarangan menunjukkan perasaan itu. Misalnya:Â
- Di tempat kerja, harus tetap profesional meskipun kerjaan numpuk. Â
- Di kampus, harus tetap terlihat oke meskipun tugas tidak ada habisnya.
- Di depan teman, tidak mau kelihatan lemah atau mudah stres. Â
Karena harus tahan terus di luar, begitu sampai di rumah, energi untuk menahan emosi sudah habis.Â