**
Jaga Kesehatan Mental Keluarga
Persoalan yang dialami anak dan ibu tersebut, bisa jadi juga dialami kita. Tidak pernah ada yang tahu seberapa besar derajat kerentanan kita terhadap masalah-masalah mental sebenarnya.
Pandemi ini dengan segala warnanya memang bisa menyumbangkan tingkat keparahan terhadap level kesehatan mental individu bila tidak bijak mengelola.
Jurnal CDC (Center for Disease Control) pun menyebutkan dampak yang sangat logis tercipta akibat pandemi yang belum usai bagi kesehatan mental individu. Ada banyak gejala-gejala terkait kesehatan mental terjadi di era pandemi ini.
Kecemasan, kelelahan mental yang terus-menerus terjadi karena salah kelola, stress dan depresi, hingga kecenderungan bunuh diri karena banyak aspek.
Bagi individu yang telah dewasa dalam menyikapi pembatasan, bukan hal sulit bahkan mudah untuk beradaptasi. Tetapi, tetap saja di lain sisi tentu ada titik jenuh yang dapat menyebabkan letupan-letupan emosi yang berujung pada rusaknya relasi sepeti kisah di atas, ketika pertahanan diri itu runtuh. Siapapun dapat mengalaminya.
Harus disadari betul bahwa atmosfer lingkungan berpengaruh besar pada tingkat kesehatan mental seseorang.
Hal apa yang bisa dilakukan untuk menjembatani kisah di atas:
1. Cermat Melihat Sikon Lingkungan
Memberi penilaian dengan teliti terhadap lingkungan kita termasuk individu yang ada di dalamnya menjadi kunci utama memelihara konektivitas relasi yang sehat dalam keluarga terutama dalam masa-masa siaga pandemi seperti yang sedang kita alami saat ini.
Bila dalam kondisi keletihan, kekurang nyamanan, atau kondisi lain yang tidak mendukung untuk melakukan komunikasi, tunggulah hingga reda dan dapat masuk ke dalamnya. Hal ini membantu menghindari persoalan rusaknya relasi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!