Kondisi lingkungan sangat berpengaruh. Pengawasan yang mungkin minimal bisa jadi membuat siswa "lengah", sehingga membuat hasil tes menjadi tidak valid dan tidak reliabel.
2. Dampak pembelajaran jarak jauh beberapa bulan terakhir ini.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kondisi orangtua tidak bisa 100 persen mengawasi anak. Untuk anak-anak yang terlatih dalam hal tanggung jawab atau yang sudah memiliki kemampuan pengaturan waktu yang baik, maka pembelajaran, tugas, atau tes online tidak menjadi masalah.
Motivasi belajar dan motivasi mencapai prestasi sangat tergantung kepada kedewasaan si anak tersebut. Namun, bisa jadi kasus yang terjadi, motivasi anak melemah karena kurang pengawasan dari figur otoritas yang berada di lingkungan anak ini tinggal.
Hal ini berdampak pada respon yang diberikan anak saat melakukan aktivitas pembelajaran secara daring.
3. Anak hanya ikut-ikutan teman saat memilih jurusan.
Remaja merupakan level perkembangan individu yang sedang mencari jati diri. Peer group menyumbangkan pengaruh yang banyak pada si remaja. Bisa jadi pemilihan jurusan bukan berdasar kemampuan atau keinginan si anak, tetapi karena pengaruh teman sebayanya.
Memilih jurusan sesuai dengan pilihan teman, bisa jadi, menjadi dasar si anak dalam mengambil keputusan
Merujuk kepada hal ini, sejatinya, tenaga pengajar (konselor, guru BK), lebih jeli lagi dalam menggali potensi si anak, sehingga tidak akan berujung pada salah penjurusan.
Menggali informasi dari konselor atau guru BK pada jenjang SMP juga bisa ditempuh oleh guru-guru BK SMA yang akan melakukan tes penjurusan siswa.
Wawancara secara daring bisa jadi alternatif dalam menggali informasi terkait penjurusan sang siswa.