Seberes bolak-balik toilet akhirnya pukul 06.00 WIB saya memutuskan untuk check-in. Semua dibatasi, bandara sepi. Untuk ukuran bandara Juanda harusnya tidak sesepi itu.
Dokpri
Akhirnya berangkat, pesawat hanya di isi oleh puluhan orang dan semuanya duduk sendirian kecuali keluarga. Pembatasan sosial di semua lini.
Dokpri
Begitu mendarat di Bandara Soekarno Hatta dan akan lanjut ke Banda Aceh. Ternyata kondisi lebih sepi lagi. Cafe-cafe yang ada di Bandara tutup. Jalanan lenggang sesekali beberapa petugas lewat dan membersihkan jalan.
Dokpri
Sebagian besar cafe tutup, pengumuman tentang covid ada di mana-mana, bangku di ruang tunggu diberi jarak, orang-orang menggunakan masker, petugas bolak-balik membersihkan, suasana berubah mencekam. Beberapa penumpang di ruang tunggu, kuperhatikan sebentar-bentar mengeluarkan handsanitaser dari kantong lantas menyemprot tangan.
Dokpri
Pengumuman keberangkatan diumumkan, gate terbuka. Tidak ada yang saling dorong, jarak yang ditentukan dipatuhi. Hingga sampai ke pesawat semua berjalan baik. Aku mulai deg-degkan saat pesawat mendarat dan tanda sabuk pengaman dipadamkan.
Dokpri
Pemeriksaan di Bandara Sultan Iskandar Aceh lebih berat dari 2 Bandara sebelumnya, petugasnya galak banget. Aku berhasil melewati proses itu dan keluar dari Bandara setelah mengambil bagasi.
Dokpri
Beberapa wartawan di luar bandara terlihat menanyai beberapa penumpang yang baru keluar, ada yang dari TV ada pula media cetak dan online.Â
Pulang paling deg-degkan ini adalah moment pulang yang tidak terlupakan selama aku bepergian. Aku melakukan karantina selama 28 hari dan mematuhi protokol kesehatan yang ada. Semoga Tuhan selalu menjaga bumi ini dan segala keadaan kembali kesediakala. Aamin.