Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Di Masa Pandemi, Pulang Paling Deg-degan

29 Juni 2020   16:00 Diperbarui: 30 Juni 2020   13:33 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat, saya selalu gugup lebih tepat takut. Kadang terbayang film final destination hahaha. 

Namun, dari beberapa kali perjalanan, perjalanan pulang ke Aceh pada April lalu adalah yang paling deg-degkan. Sehari sebelum pulang, saya bahkan demam karena sangking gugupnya, flu dan meriang.

"santai Nit, ngak apa-apa" peringat Wulan, teman satu tempat kerja. Setiap kali mendengar saya bersin sampai meler-meler, Wulan berteriak "Nit, Nit, " memperingatkan. Seminggu sebelum pulang, saya rajin olahraga, berjemur, meminum apa saja yang "katanya" bisa menguatkan anti bodi.

Kenapa perjalanan kali ini terasa sangat deg-degkan? Hanya satu permasalahannya, berangkat Via Surabaya yang konon katanya ada pemeriksaan untuk kesehatan sebab sejak tanggal 16 Maret 2020 secara nasional sudah dilakukan pembatasan untuk mencegah penyebaran virus Corona-Covid-19.

Dokpri
Dokpri
Saya bekerja di Malang, hanya saja dari bandara malang tidak ada penerbangan langsung ke Aceh tanpa menginap di Jakarta. Pilihan terdekat hanya di bandara surabaya. 

Kantor tempat saya bekerja baru memberikan memo bahwa kami boleh pulang cepat dan pekerjaan dikerjakan melalui daring.  

Secepat keputusan itu pula tiket langsung direschedule dan telpon sana-sini soal kebijakan perjalanan. Tiket yang awalnya dipesan 26 april langsung diundur. 

Alhamdulillah, tiketnya termaksud dalam bencana convid-19 sehingga bisa open cancel. Ketemu! Tiket beres. Langsung mengabari pak Pur, HRD Unit apakah kami bisa diantar ke Surabaya.

Panik, deg-degan lantas kecelakaan pula saat membayar tiket. Packing buru-buru, pamit buru-buru akhirnya jam 1 malam kami dijemput oleh pak Supri untuk diantar ke Surabaya. 

Mengurusi ini-itu, baru sampai ke Surabaya jam 3.30 WIB, subuh sekali. Bandara masih sepi dan itulah saat saya dan Wulan berpisah karena beda maskapai dan beda terminal keberangkatan.

Dokpri
Dokpri
Sendirian di bandara Juanda tidak membuat saya baik-baik saja. Saya sholat subuh dan bolak-balik toilet untuk cuci tangan. Saya parno! Di mana-mana terdapat tulisan peringatan tetang covid-19.

Seberes bolak-balik toilet akhirnya pukul 06.00 WIB saya memutuskan untuk check-in. Semua dibatasi, bandara sepi. Untuk ukuran bandara Juanda harusnya tidak sesepi itu.

Dokpri
Dokpri
Akhirnya berangkat, pesawat hanya di isi oleh puluhan orang dan semuanya duduk sendirian kecuali keluarga. Pembatasan sosial di semua lini.

Dokpri
Dokpri
Begitu mendarat di Bandara Soekarno Hatta dan akan lanjut ke Banda Aceh. Ternyata kondisi lebih sepi lagi. Cafe-cafe yang ada di Bandara tutup. Jalanan lenggang sesekali beberapa petugas lewat dan membersihkan jalan.

Dokpri
Dokpri
Sebagian besar cafe tutup, pengumuman tentang covid ada di mana-mana, bangku di ruang tunggu diberi jarak, orang-orang menggunakan masker, petugas bolak-balik membersihkan, suasana berubah mencekam. Beberapa penumpang di ruang tunggu, kuperhatikan sebentar-bentar mengeluarkan handsanitaser dari kantong lantas menyemprot tangan.

Dokpri
Dokpri
Pengumuman keberangkatan diumumkan, gate terbuka. Tidak ada yang saling dorong, jarak yang ditentukan dipatuhi. Hingga sampai ke pesawat semua berjalan baik. Aku mulai deg-degkan saat pesawat mendarat dan tanda sabuk pengaman dipadamkan.

Dokpri
Dokpri
Pemeriksaan di Bandara Sultan Iskandar Aceh lebih berat dari 2 Bandara sebelumnya, petugasnya galak banget. Aku berhasil melewati proses itu dan keluar dari Bandara setelah mengambil bagasi.

Dokpri
Dokpri
Beberapa wartawan di luar bandara terlihat menanyai beberapa penumpang yang baru keluar, ada yang dari TV ada pula media cetak dan online. 

Pulang paling deg-degkan ini adalah moment pulang yang tidak terlupakan selama aku bepergian. Aku melakukan karantina selama 28 hari dan mematuhi protokol kesehatan yang ada. Semoga Tuhan selalu menjaga bumi ini dan segala keadaan kembali kesediakala. Aamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun