Setiap pagi, sebelum matahari terbit, Â seorang ibu telah berada di dapur, sebik menyiapkan sarapan. Ia tidak bersuara tapi langkahnya pasti dan tenang.Â
Dia selalu senyum, ramah, hangat, dan seolah-olah lelah tidak pernah menyentuh dirinya. Apakah benar itu? Tapi kini, aku tahu dibalik senyum itu, tersimpan beban yang tak mudah terlihat.Â
Di balik senyum seorang ibu, ada lelah yang tidak pernah kita tau atau jarang kita sadari. Ada air mata yang tak pernah jatuh di hadapan anak-anaknya. Ada yang belum sempat ditulis, karena terlalu sibuk menjalani itu sendirian.Â
Seorang ibu biasanya bangun lebih pagi dari anggota keluarga yang lain. Ia memastikan sarapan sudah siap sebelum memulai aktivitas yang lain.Â
Memasak, menyiapkan bekal, membangunkan anggota keluarga lainnya, membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyapu halaman, menyetrika baju dll.semuanya itu dilakukan tanpa suara, tanpa jeda, dan tanpa pamrih. Â
Ketika aku masih kecil, aku mengira semua itu adalah hal yang biasa. Namun, kini aku mengerti pengorbanan nya jauh lebih besar dari yang kubayangkan. Â
Tidak banyak ibu yang bekerja diluar rumah. Ia pergi pagi dan pulang sore lalu harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang menantinya.Â
Semua pekerjaan rumah dikerjakan tanpa mengeluh dan tak kenal lelah tanpa mengharapkan pujian, Â karena baginya ini adalah bagian dari cinta yang tidak harus diperlihatkan dengan kata-kata tapi tindakan yang nyata.Â
Namun, disisi lain yang jarang terlihat. Ibu tidak pernah mengakui rasa lelah. Ia jarang mengeluh, tangis yang ditahan, senyum yang dipertahankan, kepada keluarga karena ia tidak mau membebani. Bahkan saat tubuhnya sudah benar-benar lelah ibu tetap merasa bersalah jika tidak sanggup terus berjuang.Â
Dalam hatinya, "ini sudah menjadi tugas seorang ibu," ia memilih menanggung semuanya sendiri, agar keluarga tidak khawatir  tetap merasa aman, kuat dan bahagia.Â