Agama Hindu merupakan salah satu agama tertua di dunia yang hingga kini masih dianut oleh jutaan pemeluk, terutama di India dan Bali, Indonesia. Sebagai agama yang bersifat kosmologis dan filosofis, Hindu memandang kehidupan tidak hanya sebatas hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga meliputi keterkaitan manusia dengan alam semesta, makhluk lain, dan dirinya sendiri. Salah satu ajaran pokok yang menjadi fondasi keyakinan umat Hindu adalah Panca Sradha, yakni lima keyakinan dasar yang wajib diyakini oleh setiap pemeluk.
   Panca Sradha bukan hanya sekadar doktrin religius, melainkan juga memberikan penjelasan filosofis tentang hakikat manusia. Melalui keyakinan terhadap Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhawa, dan Moksha, umat Hindu dapat memahami siapa dirinya, dari mana ia berasal, apa tujuan hidupnya, dan ke mana ia akan kembali. Dengan demikian, Panca Sradha tidak hanya berfungsi sebagai pedoman spiritual, tetapi juga sebagai dasar filosofis untuk memahami hakikat manusia dalam perspektif Hindu.
Hakikat Manusia dalam Perspektif Hindu
   Hakikat manusia dalam Hindu dipandang sebagai makhluk spiritual sekaligus material. Tubuh jasmani dianggap sebagai sarana sementara, sedangkan roh atau Atman adalah esensi sejati dari manusia. Berbeda dengan pemahaman materialistik yang hanya memandang manusia sebagai kumpulan organ biologis, Hindu menekankan bahwa manusia pada hakikatnya adalah jiwa yang kekal. Kitab Bhagavad Gita (II.20) menegaskan bahwa Atman tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Jiwa tidak dapat dimusnahkan oleh senjata, api, air, maupun angin. Dengan kesadaran ini, manusia dipandang sebagai bagian dari Brahman, percikan kecil yang harus kembali bersatu dengan sumber asalnya.
Hakikat manusia juga dapat dipahami melalui konsep  Tri Pramana, yaitu tiga sumber pengetahuan:
1. Sabda Pramana: pengetahuan melalui wahyu suci (Veda).
2. Pratyaksa Pramana: pengetahuan melalui pengamatan langsung.
3. Anumana Pramana: pengetahuan melalui penalaran atau logika.
   Melalui ketiga jalan ini, manusia berusaha memahami dirinya dan dunia di sekitarnya. Dengan demikian, hakikat manusia menurut Hindu bukan sekadar makhluk biologis, melainkan entitas spiritual yang memiliki misi yang jelas.
Panca Sraddha sebagai Pokok Keyakinan
1. Brahman: Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
   Brahman adalah realitas tertinggi, Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi sumber, pemelihara, dan tujuan akhir seluruh ciptaan. Umat Hindu percaya bahwa meskipun Tuhan dapat dipuja dengan berbagai nama dan rupa, hakikat-Nya tetap satu. Dalam konteks pemahaman hakikat manusia, keyakinan kepada Brahman menegaskan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Dengan menyadari keberadaan Brahman, manusia dapat memahami keterbatasan dirinya serta menumbuhkan sikap rendah hati, bhakti (pengabdian), dan ketaatan pada Tuhan.Â
2. Atman: Keyakinan kepada Jiwa/Roh
   Atman adalah inti dari manusia, yaitu jiwa yang kekal dan abadi. Setiap makhluk hidup memiliki Atman, yang sesungguhnya adalah pwercikan terkecil dari Brahman. Oleh karena itu, manusia tidak boleh terjebak pada tubuh jasmani, melainkan harus menyadari dirinya sebagai Atman yang abadi. Kesadaran ini melahirkan pandangan bahwa semua manusia pada hakikatnya sama, karena berasal dari sumber yang sama. Dengan demikian, keyakinan pada Atman menumbuhkan rasa persaudaraan universal, empati, dan penghormatan terhadap kehidupan.
3. Karmaphala: Keyakinan kepada Hukum Sebab-Akibat
   Karma berarti tindakan, dan phala berarti buah atau hasil. Setiap tindakan manusia, baik melalui pikiran, ucapan, maupun perbuatan, akan menghasilkan akibat yang sesuai. Prinsip ini menekankan tanggung jawab moral, dimana manusia adalah arsitek kehidupannya sendiri. Dalam konteks hakikat manusia, Karmaphala menjelaskan bahwa manusia bukanlah makhluk pasif yang tunduk pada nasib, melainkan memiliki kebebasan untuk bertindak. Namun, kebebasan ini harus diimbangi dengan tanggung jawab, sebab setiap tindakan akan kembali kepada dirinya.
4. Punarbbawa: Keyakinan kepada Reinkarnasi
   Punarbhawa adalah siklus kelahiran dan kematian yang terus berulang. Jiwa tidak berhenti setelah kematian, melainkan lahir kembali ke dunia dalam bentuk kehidupan yang sesuai dengan karmanya. Proses ini berlangsung hingga manusia mencapai kebebasan spiritual (moksha). Punarbawa memberikan pemahaman bahwa kehidupan manusia tidak berhenti pada satu episode duniawi, melainkan merupakan rangkaian perjalanan panjang jiwa. Dengan menyadari hal ini, manusia diharapkan hidup lebih bijaksana, tidak serakah, dan selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu.
5. Moksha: Keyakinan kepada Kebebasan Abadi
   Moksha adalah tujuan akhir hidup manusia, yakni terbebas dari lingkaran samsara/ Punarbawa dan bersatu kembali dengan Brahman. Moksha tidak hanya berarti pembebasan dari kelahiran kembali, tetapi juga pencapaian kedamaian dan kebahagiaan sejati. Dalam perjalanan mencapai moksha, manusia harus menjalani dharma, mengendalikan hawa nafsu, mengembangkan kebajikan, serta mengabdikan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, moksha menjadi puncak realisasi hakikat manusia sebagai Atman yang berasal dari Brahman.
Relevansi Panca Sraddha Di Era Modern
   Meskipun ajaran ini lahir ribuan tahun lalu, Panca Sraddha tetap relevan hingga saat ini. Di mana, Brahman menegaskan pentingnya kesadaran akan Tuhan, yang menjadi landasan moral di tengah krisis spiritual modern, Atman mengajarkan penghargaan terhadap kehidupan, sehingga manusia terdorong untuk menjunjung kemanusiaan, menolak kekerasan, dan menjaga kelestarian alam, Karmaphala mengajarkan tanggung jawab etis, relevan dengan kebutuhan akan kejujuran, dan integritas, Punarbhawa menumbuhkan kesadaran bahwa hidup adalah proses pembelajaran berkelanjutan, sehingga manusia harus terus memperbaiki diri, dan Moksha mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta atau kekuasaan, melainkan pada kedamaian batin dan kesatuan dengan Tuhan.
   Hakikat manusia dalam Hindu tidak dapat dipisahkan dari ajaran Panca Sraddha. Melalui keyakinan kepada Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbhawa, dan Moksha, manusia dipahami sebagai makhluk ilahi, spiritual, moral, eksistensial, dan transendental. Panca raddh tidak hanya menjelaskan tentang asal-usul, perjalanan, dan tujuan hidup manusia, tetapi juga memberikan pedoman etis dan spiritual dalam menjalani kehidupan. Dalam konteks modern, ajaran ini tetap relevan sebagai fondasi moral, spiritual, dan filosofis. Ia mengingatkan manusia untuk hidup seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani, menghormati kehidupan, serta mengarahkan diri menuju kebebasan sejati, yakni moksha.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI