Mohon tunggu...
Ni Putu Ika Sulistyawati
Ni Putu Ika Sulistyawati Mohon Tunggu... Mahasiswa

seorang mahasiswa jurusan kimia di undiksha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Panca Sradha Sebagai Landasan Pemahaman Hakikat Manusia Dalam Hindu

15 September 2025   23:20 Diperbarui: 15 September 2025   23:20 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

      Brahman adalah realitas tertinggi, Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi sumber, pemelihara, dan tujuan akhir seluruh ciptaan. Umat Hindu percaya bahwa meskipun Tuhan dapat dipuja dengan berbagai nama dan rupa, hakikat-Nya tetap satu. Dalam konteks pemahaman hakikat manusia, keyakinan kepada Brahman menegaskan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Dengan menyadari keberadaan Brahman, manusia dapat memahami keterbatasan dirinya serta menumbuhkan sikap rendah hati, bhakti (pengabdian), dan ketaatan pada Tuhan. 

2. Atman: Keyakinan kepada Jiwa/Roh

      Atman adalah inti dari manusia, yaitu jiwa yang kekal dan abadi. Setiap makhluk hidup memiliki Atman, yang sesungguhnya adalah pwercikan terkecil dari Brahman. Oleh karena itu, manusia tidak boleh terjebak pada tubuh jasmani, melainkan harus menyadari dirinya sebagai Atman yang abadi. Kesadaran ini melahirkan pandangan bahwa semua manusia pada hakikatnya sama, karena berasal dari sumber yang sama. Dengan demikian, keyakinan pada Atman menumbuhkan rasa persaudaraan universal, empati, dan penghormatan terhadap kehidupan.

3. Karmaphala: Keyakinan kepada Hukum Sebab-Akibat

      Karma berarti tindakan, dan phala berarti buah atau hasil. Setiap tindakan manusia, baik melalui pikiran, ucapan, maupun perbuatan, akan menghasilkan akibat yang sesuai. Prinsip ini menekankan tanggung jawab moral, dimana manusia adalah arsitek kehidupannya sendiri. Dalam konteks hakikat manusia, Karmaphala menjelaskan bahwa manusia bukanlah makhluk pasif yang tunduk pada nasib, melainkan memiliki kebebasan untuk bertindak. Namun, kebebasan ini harus diimbangi dengan tanggung jawab, sebab setiap tindakan akan kembali kepada dirinya.

4. Punarbbawa: Keyakinan kepada Reinkarnasi

      Punarbhawa adalah siklus kelahiran dan kematian yang terus berulang. Jiwa tidak berhenti setelah kematian, melainkan lahir kembali ke dunia dalam bentuk kehidupan yang sesuai dengan karmanya. Proses ini berlangsung hingga manusia mencapai kebebasan spiritual (moksha). Punarbawa memberikan pemahaman bahwa kehidupan manusia tidak berhenti pada satu episode duniawi, melainkan merupakan rangkaian perjalanan panjang jiwa. Dengan menyadari hal ini, manusia diharapkan hidup lebih bijaksana, tidak serakah, dan selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu.

5. Moksha: Keyakinan kepada Kebebasan Abadi

      Moksha adalah tujuan akhir hidup manusia, yakni terbebas dari lingkaran samsara/ Punarbawa dan bersatu kembali dengan Brahman. Moksha tidak hanya berarti pembebasan dari kelahiran kembali, tetapi juga pencapaian kedamaian dan kebahagiaan sejati. Dalam perjalanan mencapai moksha, manusia harus menjalani dharma, mengendalikan hawa nafsu, mengembangkan kebajikan, serta mengabdikan diri kepada Tuhan. Dengan demikian, moksha menjadi puncak realisasi hakikat manusia sebagai Atman yang berasal dari Brahman.

Relevansi Panca Sraddha Di Era Modern

      Meskipun ajaran ini lahir ribuan tahun lalu, Panca Sraddha tetap relevan hingga saat ini. Di mana, Brahman menegaskan pentingnya kesadaran akan Tuhan, yang menjadi landasan moral di tengah krisis spiritual modern, Atman mengajarkan penghargaan terhadap kehidupan, sehingga manusia terdorong untuk menjunjung kemanusiaan, menolak kekerasan, dan menjaga kelestarian alam, Karmaphala mengajarkan tanggung jawab etis, relevan dengan kebutuhan akan kejujuran, dan integritas, Punarbhawa menumbuhkan kesadaran bahwa hidup adalah proses pembelajaran berkelanjutan, sehingga manusia harus terus memperbaiki diri, dan Moksha mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta atau kekuasaan, melainkan pada kedamaian batin dan kesatuan dengan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun