Sekitar pukul tujuh pagi semuanya sudah siap. Saatnya Santi berkeliling kampung menjajakan dagangan. Ditentenglah dagangan tersebut dengan dua tas berbentuk keranjang di tangan kiri dan kanan, sambil berjalan berkeliling. Tak lupa dibawa juga tas kresek pembungkus, gula bubuk, meises, dan tumbukan kasar kacang tanah untuk menaburi topping donatnya sesuai selera pembelinya.
Santi pun membawa serta lap bersih, sarung tangan, dan celemek agar para pembeli merasakan bahwa dagangannya selain enak, bersih, juga higienis. Karena itu, sekitar pukul sepuluh atau sebelas siang dipastikan dagangan sudah ludes dan dia sudah bisa pulang. Sebelum pulang, dia singgah di toko untuk membeli bahan-bahan dasar kue dan masakan esok hari.
Demikianlah hari-hari dilaluinya dengan bekerja keras. Suatu saat, dia melihat sebuah mobil yang terparkir di jalan sepi di suatu perumahan dalam perjalanan pulang. Santi melihat kaca mobil sebelah kanan depan terbuka separuh. Santi heran dan mencari pemiliknya, tetapi mobil itu kosong tanpa penumpang. Dia berpikir harus menunggu sang pemilik mobil sampai di tempat memarkirkan mobilnya itu. Meskipun sudah tengah hari, lapar dan haus menyerang, Santi tidak mau beranjak dari tempat itu. Maksudnya, ditungguilah sang pemilik karena dilihat ada barang-barang berharga di sana.
Hampir dua jam sang pemilik, Â ternyata pasangan pengantin baru yang hendak mencari rumah kontrakan di daerah itu datang mendekati mobil. Sang suami, Reynaldi, terheran-heran ada wanita berada di samping mobil. Apalagi dilihat wajahnya sangat mirip sang istri, Sinta. Ia masih berada di rumah yang hendak dikontraknya.
"Loohh, ... Mbak siapa? Mengapa berada di sisi mobil saya?" tanya Rey keheranan.
"Ini ... ini ...," Santi bingung hendak mengucapkan kata-kata. Santi menunjuk ke kaca depan yang terbuka.
"Iya, Mbak. Ini mobil saya, kenapa?"
"Kacanya dari tadi terbuka ... saya ... saya ...," Santi tergagap.
Rey belum menjawab, tetiba Sinta datang dan, Â "Hey, ada masalah apa, Sayang?" tanya kepada suami yang terheran-heran melihat dua sosok wanita berwajah mirip di depannya.
"Hei ... Â Mbak siapa? Akan mencuri, ya?" gertak Sinta sengit.
"Sin ... jangan gegabah. Tanyailah dulu dengan baik-baik!" kata suami menenangkan Sinta.