Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan receh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Penerbangan Perdana

4 Mei 2024   00:49 Diperbarui: 4 Mei 2024   01:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidakkah dia berpikir bahwa kata itu bagai palu godam yang menghancurkan hatinya? Hati yang hanya satu itu telah remuk berkeping-keping dan tak mungkin dapat disatukan kembali. Apalagi Risma yang sudah mengandung anak calon suaminya itu hanya diam membisu seribu bahasa. Tidakkah dia berpikir kalau hal itu sama dengan menguburnya hidup-hidup? Bukan sekadar melukai, melainkan berhasil membunuh! Sungguh sangat hebat daya bunuhnya, bagaikan sianida yang langsung to the point menuju sasaran!

Di dalam pesawat, Lisna memperoleh kursi di tengah, sementara kursi dekat jendela kosong. Oleh karena itu, dia berencana menggeser seandainya kursi itu memang kosong. Sebelah kanan seorang pemuda kekar tersenyum kepadanya.

"Boleh kanalan?" sapanya.

"Iya, saya Lisna ...." Seulas senyum menyertai sapaan lembutnya.

"Oh, saya Bagus. Mungkin tujuan kita sama, ya?" tanya si pemuda.

Terkesiap darah Lisna mendengar nama mirip dengan mantan tunangannya itu. Seketika wajahnya pucat pasi mengingat sang mantan.


"Have any problem?" tanya Bagus keheranan.

Mungkin Bagus melihat perubahan raut muka Lisna. Namun, Lisna hanya menggeleng pelan. Tidak disadari air bening pun luruh dari netranya. Bagus segera menyerahkan sedompet tisu kepadanya.

"Menangis adalah cara paling efektif untuk meringankan beban batin. Menangislah agar kau lega, tetapi jangan keras-keras. Nanti orang mengira akulah penyebabnya!" Bagus menengok menyelidiki wajah Lisna sambil tersenyum.

Beberapa saat mereka berdua diam hingga pengumuman pendaratan. Hanya gemuruh mesin pesawat yang terdengar riuh. Untungnya, pesawat memang hanya sekitar satu jam mengudara. Selama itu, Lisna hanya berurai air mata sehingga Bagus pun tidak mengusik. Akan tetapi, tatkala pesawat hendak mendarat, Bagus menanyakan tujuannya.

Ketika Lisna hanya menggeleng, Bagus kebingungan. Apa maksud gelengan kepala itu? Sementara Lisna belum mampu menceritakan karena masih berurai air mata. Maka, Bagus memutuskan untuk mengikuti gadis manis itu karena dia sendiri juga belum mengetahui tempat yang hendak dituju secara pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun