Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

Lagi gemar nulis apa yang disuka aja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pada Penerbangan Perdana

4 Mei 2024   00:49 Diperbarui: 4 Mei 2024   01:10 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi-pagi sekali Lisna bersiap-siap hendak meninggalkan rumah. Ketika selesai mandi, Lisna menghampiri ibunya di dapur. Si ibu yang sedang mempersiapkan masakan dipeluk dari belakang dan dibisiki bahwa dia harus pergi. Ibu pun menangguhkan memasak dan mengikuti ke dalam kamar.

"Lis, tidakkah kau pikirkan lagi?" Ibu masih mengusap air mata. Mendekati dan duduk di ujung ranjang.

"Tidak, Bu. Izinkan Lisna pergi. Please ...." Suaranya parau. Digigitlah bibirnya agar isak tertahan.

Dibukanya almari. Dipilih beberapa potong baju, ditata, dan dimasukkan ke dalam koper. Dikemasi juga barang-barang yang ada di atas nakas. Peralatan kosmetik tidak ada satu pun yang tertinggal, semua sudah masuk ke dalam tas jinjing yang dipersiapkan. Sebuah laptop tidak lupa dimasukkan ke dalam tas khusus. Satu koper, satu tas jinjing, ransel laptop, dan sebuah handbag mungil sudah siap.

Lisna sudah memesan travel secara online sejak semalam, tetapi kepada ibu dia tidak mengatakan hendak pergi ke mana.

"Kamu hendak ke mana? Nggak pamit adikmu?" tanya ibu.


Lisna hanya menggeleng pelan. Dipeluknya sang ibu sambil membisikkan permohonan maaf sekaligus restu.

Beberapa saat kemudian, travel jemputan tiba. Lisna memeluk ibunya. Kemudian segera pergi meninggalkan ibu dengan sisa isaknya. Travel menuju bandara di kota provinsi siap meluncur di pagi yang masih sepi dan dingin itu.

Sampai di bandara, Lisna segera mencari tiket dengan tujuan Mataram. Beberapa maskapai penerbangan dijelajahi untuk mencari informasi. Akhirnya diperolehlah salah satu maskapai yang transit di kota itu. Bersyukur masih diperoleh tempat duduk seperti yang diidam-idamkannya. Ini penerbangan perdana bagi Lisna. Dia bertekad hendak mengubah hati dan masa depannya. Dia akan terbang ke langit biru meninggalkan rasa sakit yang mengiris hatinya.

Sekitar dua jam kemudian, siang itu dia terbang ke kota mutiara. Kota yang belum pernah dikunjungi dan tidak ada seorang pun yang dikenal di sana. Namun, Lisna yakin pasti mampu mengatasi kemelut hidup yang baru saja melandanya. Bersyukur telah berhasil ditinggalkannya rumah dan keluarga yang menorehkan kenangan buram dari potret kehidupan. Dia bertekad hendak menapaki lembaran kehidupan yang baru. Biarlah yang sudah lalu berlalu, akan digapainya masa depan dengan penuh harapan.

Masih diingat dengan jelas dua hari lalu tatkala makan malam bersama, ibu melaporkan kondisi kesehatan Risma. Dua bulan terakhir Risma sakit-sakitan. Masuk angin hampir setiap hari. Nafsu makan pun turun drastis sehingga tubuhnya lemah tanpa tenaga. Ketika diantar ibu ke puskesmas, ternyata Risma dinyatakan positif hamil menjelang tiga bulan. Adik kesayangan satu-satunya itu telah menusuknya dari belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun