Mohon tunggu...
Ninda Dawilatul Aliyah
Ninda Dawilatul Aliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Siliwangi

Saya adalah seseorang yang gemar memerhatikan perkembangan di dunia hiburan digital dan apa saja yang tengah ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Introvert Bukan Berarti Antisosial: Salah Kaprah yang Terlanjur Mewabah di Indonesia

22 Mei 2025   21:24 Diperbarui: 23 Mei 2025   07:45 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Being introverted is not a defect. It's a reflection of a preferred style of cognition and social interaction." --- Susan Cain, Quiet: The Power of Introverts in a World That Can't Stop Talking

Di tengah derasnya arus informasi pada era digital yang banyak menggunakan media sosial sebagai media komunikasi, masyarakat Indonesia kini semakin terpapar oleh istilah-istilah yang dahulunya akrab di ranah akademik saja. Salah satunya adalah istilah introvert. Sayangnya, meski istilah introvert ini semakin banyak yang mengetahui, pemahaman masyarakat mengenai introvert ini masih sering disalahpahami. Banyak orang yang menggunakan istilah introvert ini untuk orang yang pemalu, tidak bisa bersosialisasi, anti akan kerumunan, dan bahkan juga kepada orang yang tidak banyak bicara di keramaian. Padahal introvert ini merupakan kepribadian, bukan? Sama seperti istilah lainnya, yaitu ekstrovert.

Introvert Bukan Pemalu, Apalagi Antisosial

Konsep introvert secara teoritis pertama kali diperkenalkan pada tahun 1921 oleh Carl Jung yang kemudian dikembangkan kembali melalui berbagai teori kepribadian modern seperti Big Five Personality Traits. Pada konsep ini, introvert bukanlah kelemahan, tetapi sebuah preferensi individu terhadap stimulasi sosial dan gaya berpikir yang lebih mendalam.

Salah seorang tokoh penting dalam pengkajian kepribadian introverts, yaitu Cain (2012) mengemukakan bahwa "Introverts prefer listening to speaking, reading to partying; they innovate and create but dislike self-promotion." Dalam hal ini berarti introvert bukanlah seseorang yang tidak bisa berbicara di depan umum atau tidak mampu untuk bergaul, tetapi introvert adalah sebuah kepribadian yang memiliki cara dan konteks sendiri untuk mengekspresikan diri seseorang.

Hal ini sejalan dengan salah satu pendapat yang menyebutkan bahwa introvert memiliki sistem aktivasi kortikal yang lebih aktif, sehingga orang yang memiliki kepribadian introvert ini cenderung menghindari lingkungan dengan stimulasi sosial yang berlebihan (Stenberg, 1999). Maka dalam hal ini seseorang yang memiliki kepribadian introvert bukan tidak mampu untuk bersosialisasi, tetapi mereka lebih memilih situasi sosial secara selektif supaya energi mereka tetap stabil. Pun setelah dari keramaian, mereka menambahkan energinya kembali ketika sendirian.

Di Indonesia, Definisi Introvert Masih Salah Diartikan

Istilah introvert di Indonesia masih sering disamakan dengan orang pemalu, tertutup, dikaitkan dengan seseorang yang kurang memiliki kemampuan untuk berinteraksi sosial, bahkan disebut sebagai antisosial. Ini dibuktikan dengan adanya berbagai komentar publik baik di dunia nyata maupun di dunia maya, termasuk di dunia kerja, pendidikan, bahkan keluarga.

Tak sedikitpun dari mereka yang tak pandai berbicara mencap dirinya sebagai introvert, sehingga apabila mendapatkan hasil tes bahwa dirinya ekstrovert mereka seringkali tidak menerimanya. Padahal, menurut penjelasan dari American Psychological Association (APA) menjelaskan bahwa perbedaan antara introvert dan ekstrovert ini bersifat biologis dan psikologis, bukan indikator dari kemampuan atau nilai diri seseorang.

Menurut studi yang dipublikasikan oleh ProQuest menunjukkan bahwa introvert memiliki keunggulan dalam pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, seperti analisis data, penulisan ilmiah, dan riset. Orang yang memiliki kepribadian introvert juga memiliki tingkat empati yang lebih tinggi dan lebih peka terhadap dinamika emosional dalam kelompok kecil.

Meluruskan Pemahaman, Kenali Lebih Dalam

Maka dari itu, saat ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk meluruskan kembali cara pandang dan pemahaman mereka terhadap istilah introvert. Introvert dan ekstrovert sama-sama merupakan istilah dalam menunjukkan kepribadian seseorang. Salah satunya pembedanya adalah pada bagaimana cara mereka mengisi ulang kembali energi yang mereka habiskan di luaran sana.

Mereka yang memiliki kepribadian introvert cenderung mengisi ulang energinya dengan menyendiri, menikmati waktu tenang, atau melakukan aktivitas yang bersifat reflektif seperti membaca, menulis, atau berjalan sendirian. Sebaliknya, ekstrovert mendapatkan kembali energinya melalui interaksi sosial, percakapan dengan banyak orang, dan kegiatan yang melibatkan keramaian atau stimulasi dari luar.

Ninda Dawilatul Al

Cain, S. (2012). Quiet: The Power of Introvers In A World That Can't Stop. Talking. New York: Crown Publisher

Robert J. Sternberg (1999), The Theory Of Successful Interlligence, Cambridge. University Press.

https://www.apa.org/education-career

https://www.proquest.com/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun