Cerpen ini didedikasikan untuk mendukung tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat (KAIH) yang dicanangkan oleh Kemdikdasmen: Makan Sehat Bergizi. Semoga bermanfaat.
Matahari siang bersinar terik di atas langit Desa Serunai. Di dapur rumah kecil yang sederhana, aku sakuk memasak. Wajahku tampak lelah, tetapi tetap memancarkan semangat. Tanganku dengan lincah mengaduk sayur bening, menumis tempe orek, dan menggoreng ayam kampung.
"Aku masak banyak. Sebentar lagi Runi pulang dan pasti lapar," gumamku sambil menyeka keringat di dahi dengan sudut kerudung.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu pagar di buka dan langkah kaki masuk rumah.
"Assalamualaikum, Bu! Aku pulang!" seru Arunika, gadis berambut panjang yang energik, sambil masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat.
Tangannya menenteng kantong putih berlogo rumah makan Minang. Aku keluar dari dapur dengan senyum lebar menyambut puteri semata wayang.
"Waalaikumsalam, Nak. Bawa apa itu?" Aku bertanya sambil menunjuk keresek di tangan Arunika.
"Nasi padang, Bu. Tapi cuma satu, hehee," jawab Arunika santai, lalu menaruh tas sekolahnya dan duduk di ruang makan.
"Ibu sudah masak banyak, Nak. Ada sayur bening kesukaanmu juga..." Aku menatapnya dengan ekspresi kecewa yang berusaha disembunyikan.
"Tapi aku lebih suka nasi padang, Bu," potong Arunika sambil membuka bungkus makanannya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!