Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepergian Nadia

21 Agustus 2022   16:06 Diperbarui: 21 Agustus 2022   18:34 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi By Canva

"Usia kehamilan ibu sudah 39 minggu. Jika bayi tidak segera lahir, khawatir akan lemas karena kekurangan oksigen," jelas dokter Andrian sambil memperlihatkan layar USG kepada kami.

"Apa yang harus kami lakukan, Dok?" tanyaku tak mengerti.

"Ibu lebih baik menginap di sini ya. Nanti akan saya berikan induksi untuk merangsang agar perut ibu kontraksi," jelas dokter Andrian.

Aku dan suamiku setuju. Dokter menyuruhku kembali sore nanti. Akhirnya aku dirawat inap di klinik milik dokter Andrian. Dokter memberiku pil perangsang mulas untuk merangsang kontraksi. Namun hingga malam tiba rasa mulas itu tak kunjung datang.

Keesokan harinya, hari Sabtu siang dokter memberiku obat suntikan dengan harapan aku bisa kontraksi dan.melahirkan normal. Hingga pukul 8 malam rasa mulas itu pun belum ada.

"Wah, ambang sakit ibu tinggi sekali, ya. Biasanya pasien yang diberi obat induksi saja segera mules. Dan kata mereka sakitnya tak tertahankan . Tapi ibu sampai diberi suntikan , mulesnya belum muncul," ujar dokter Andrian.

Akhirnya dokter Adrian memutuskan untuk mencoba induksi dengan balon. Saat itu aku mengiyakan tanpa paham efek dari tindakan itu. Hingga pukul 2 dini hari, rasa mules itu tak kunjung hadir juga.

Sepanjang proses melahirkan itu, suamiku tampak tegang. Bagaimana tidak dua hari dua malam bayi kami belum dilahirkan. Aku juga berusaha membaca ayat-ayat Al Qur'an , meminta pertolongan kepadaNya agar kelahiran anak kedua ku lancar.

Saat menjelang subuh, bayiku belum dilahirkan juga sementara air ketuban sudah pecah katena tindakan induksi tadi malam. Dokter akhirnya memberitahu bahwa persalinan harus dengan tindakan operasi.

Mendengar kata operasi saja, tubuhku sudah gemetar. Aku membayangkan proses operasi Caesar yang mengerikan. Suamiku menguatkan hatiku.

Keesokan harinya,  aku dibawa ke rumah sakit. Aku tidak sadar saat operasi berlangsung. Aku mungkin dibius total karena tubuhku sudah kehabisan tenaga. Selang beberapa jam, aku tersadar dan sudah berada di ruang perawatan. O ya, bayi mungilku kuberi nama Anadia. Dia lahir dengan berat badan 4,2 kg dan tinggi 54 cm. Kata ibu mertuaku, dia mirip dengan ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun