Hari ini aku masih menangis, ku harap kemarin adalah mimpi buruk. Tapi ketika ku tengok lagi ternyata bukan, ini kenyataan yang harus kuhadapi. Sepertinya baru kemarin kita bergandengan tangan menyusun sesuatu yang kau bilang masa depan. Sepertinya baru kemarin kau ada disini dan mengisi kekosongan hati ini.Â
Tapi sekarang ternyata kau pergi. Kau bilang kau tidak akan pergi, kau tetap ada di tempatmu tapi aku merasakan kau pergi. Ya kau pergi dan aku sama sekali tidak menginginkan ini terjadi. Pagi ini pula rasanya aku ingin menemui dokter karena kepalaku sakit sekali, tapi beranjak dari tempat tidurpun aku tak mampu.
Ingin ku tanyakan kenapa kau datang hanya untuk pergi? Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau bilang jodoh tidak akan kemana-mana seolah kau tidak ingin kehilangan diriku tetapi kau meninggalkanku? Kenapa dan kenapa kepalaku rasanya lelah memikirkan semua ini. Kau tahu hatiku bukan stasiun kereta api yang bisa kau singgahi semaumu. Aku masih punya hati dan aku pikir kau tau itu tapi ternyata kau tidak tau sama sekali. Harusnya aku percaya dengan feelingku untuk tidak membuka hati untukmu sehingga aku tidak merasa terluka seperti ini. Seharusnya malah kita tidak usah bertemu tahun lalu jadi aku tidak akan pernah mengalami semuanya.
Dua tahun berturut-turut dijadikan tempat pelarian kau tau bagaimana rasanya. Kupikir semuanya selesai di tahun pertama, ternyata di tahun kedua pun malah kau yang menjadikanku tempat pelarian yang kemudian kau tinggalkan. Kau tau hatiku rapuh, baru saja pecah dan aku pungut kepingan hatiku dengan kedua tanganku ini. Setelah kususun sendiri tiba-tiba kau datang dan memecahkannya? Kenapa tidak kau hempaskan saja jiwaku ke kawah gunung berapi agar semuanya musnah?Â
Aku sudah berusaha menjaga perasaanmu dengan melepaskan semua yang aku pikir akan menjadi rintangan kita. Aku semakin percaya padamu ketika salah satu teman kita berkata bahwa kamu mencari seorang pendamping bukan pacar lagi. Tapi ternyata semuanya salah, semua kepercayaanku runtuh dalam hitungan detik padamu. Jika kali ini kau minta untuk tetap seperti biasanya, aku tidak bisa. I cant do that, kau pikir aku setegar itu? Tentu tidak, aku ini rapuh, inilah aku dengan segala kelemahan dan kekuranganku.