Bagi Dilthey, ekspresi adalah jembatan antara batin dan dunia luar. Dalam konteks akuntansi, setiap pencatatan atau laporan merupakan ekspresi moral dan sosial. Di balik angka laba, terdapat keputusan-keputusan yang menyangkut kejujuran, tanggung jawab, dan niat baik. Laporan keuangan adalah bahasa jiwa sosial ia menuturkan etos, moralitas, bahkan spiritualitas masyarakat yang melahirkannya.
Akuntansi, dengan demikian, tidak netral secara ontologis. Ia merupakan ekspresi jiwa kolektif yang menandai bagaimana suatu masyarakat memaknai tanggung jawab ekonomi. Dalam masyarakat kapitalistik, ia mengekspresikan rasionalitas efisiensi; dalam masyarakat komunal, ia mengekspresikan solidaritas; dalam masyarakat religius, ia mengekspresikan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi.
Hubungan Ko-eksistensial antara Manusia dan Dunia Akuntansi
Dilthey menolak pandangan yang memisahkan manusia dari dunia. Manusia dan dunia saling menyingkap makna. Dalam akuntansi, angka tidak memiliki makna tanpa manusia yang menghayatinya. Angka "menjadi ada" ketika ditafsirkan.
Lebih jauh, akuntansi tidak hanya merekam realitas, tetapi turut menciptakan realitas sosial baru. Ketika sebuah laporan laba diterbitkan, ia mengubah cara publik memandang perusahaan, memengaruhi pasar, bahkan menggeser nilai moral di masyarakat. Akuntansi, dengan demikian, bukan hanya refleksi dunia ekonomi, tetapi juga kekuatan yang membentuknya.
Akuntansi sebagai Ekspresi Jiwa Historis
Setiap sistem akuntansi adalah produk sejarah. Akuntansi kolonial mengekspresikan logika kekuasaan, akuntansi koperasi mengekspresikan gotong royong, dan akuntansi syariah mengekspresikan keseimbangan spiritual. Semua sistem ini adalah ekspresi jiwa historis suatu bangsa.
Ontologi hermeneutik karenanya bersifat plural dan kontekstual. Tidak ada satu bentuk akuntansi yang universal, karena setiap masyarakat menulis kehidupannya dengan cara berbeda. Akuntansi adalah bagian dari sejarah moral umat manusia.
Aksiologi Hermeneutik: Nilai, Empati, dan Moralitas Angka
Dari Pengetahuan Menuju Nilai
Hermeneutika Dilthey tidak berhenti pada epistemologi dan ontologi. Ia juga mengandung dimensi aksiologi, yakni bagaimana pengetahuan tentang manusia selalu berhubungan dengan nilai. Bagi Dilthey, pemahaman bukan hanya proses intelektual, tetapi juga jalan etis untuk menghayati kehidupan. Dalam akuntansi, ini berarti bahwa setiap proses pencatatan dan pelaporan mengandung nilai moral: kejujuran, tanggung jawab, dan empati terhadap sesama.