Mohon tunggu...
Nisaa Hakim
Nisaa Hakim Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - NUB

Belajar dari setiap orang yang saya temui. Belajar dari lingkungan. Belajar tidak ada batas waktu. Refleksi diri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Persimpangan

21 September 2018   23:14 Diperbarui: 22 September 2018   11:37 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang membuatnya tertikam di persimpangan? Tertancap peluru tajam di dadanya. Perih. Tertatih-tatih.

Lalu ia terkapar di trotoar, menunggu peluru tercabut lalu mati.

Meninggalkan bercak darah yang bisa menjadi bukti. Bukti bahwa ia pernah mati disini.

Berjuang melawan egoisme dan emosionalisme namun tetap saja kalah. Kalah melawan peluru nafsu yang ia perjuangkan sendirian.

"Maka jangan terpana pada lentera tiang yang menyala itu, Bung. Mungkin itu fana dan segala kefanaan yang dihadirkan oleh gelap."

Kini peluru itu menusuknya sangat dalam, tajam dan terasa sakitnya.

Ah. Duniawi dituruti. Nyata sakitnya, kan?

Yogyakarta, September 2018

(NH)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun