Mohon tunggu...
Johar Dwiaji Putra
Johar Dwiaji Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai

Alumni Ilmu Komunikasi. PNS dan staf Humas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perpustakaan Keliling: Momen Langka Bersua dengan Pemustaka Istimewa

31 Maret 2023   07:06 Diperbarui: 2 April 2023   10:47 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layanan Mobil Perpustakaan Keliling. Pic source: dok. pribadi

Salah satu program rutin yang dijalankan oleh UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta adalah perpustakaan keliling. Terhitung sejak Oktober 2020, mobil berwarna biru yang menjadi ciri khas kendaraan pustaka keliling yang dimiliki Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, setia menyapa segenap pemustaka di Lapangan Kantin Wirabraja, Kota Bukittinggi.

Penyelenggaraan perpustakaan keliling yang rutin berlokasi di Lapangan Kantin, merupakan salah satu breakthrough dari Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, sejak kepemimpinan Nur Karim. Pria yang menakhodai Perpustakaan Proklamator Bung Hatta sejak 11 Agustus 2020 tersebut, menginginkan agar pustakawan bergerak aktif untuk memberikan pelayanan kepada segenap masyarakat. Salah satu perwujudannya adalah mengadakan kegiatan mobil perpustakaan keliling secara reguler setiap akhir pekan.

Patut diakui, penyelenggaraan perpustakaan keliling yang diadakan di Lapangan Kantin, barangkali belum sesuai harapan dari prinsipal maupun perpustakaan keliling secara ideal. Namun begitu, apa yang sudah diusahakan ini perlu untuk tetap diapresiasi. Setidaknya, para pustakawan tidak hanya berkarya di lingkungan perpustakaan. Tetapi juga bergerak dan menyambut langsung para pengunjung, dimana mobil pustaka keliling tak pernah absen menyapa warga Bukittinggi di Lapangan Kantin pada hari Sabtu dan Minggu pagi.

Uniknya, kegiatan perpustakaan keliling yang diadakan oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta tidak saja melibatkan para pustakawan. Pegawai yang berstatus nonpustakawan pun dapat ikut serta melakukan 'jemput bola' kepada para pemustaka di Lapangan Kantin. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasyarakatan perpustakaan tidak hanya menjadi beban tanggung jawab dari para pustakawan. Melainkan seluruh pegawai Perpustakaan Proklamator Bung Hatta wajib memberikan kontribusinya, demi tercapainya diseminasi informasi dan meningkatnya indeks literasi masyarakat secara umum.

Penulis merupakan staf hubungan masyarakat di Perpustakaan Proklamator Bung Hatta. Pada Minggu (19/3) penulis berkesempatan bertugas menjaga perpustakaan keliling di Lapangan Kantin, bersama tiga pegawai lainnya. Selayaknya hari Minggu, Lapangan Kantin dipadati oleh berbagai lapisan masyarakat yang menikmati hari libur dengan berolahraga maupun berwisata kuliner di pagi hari.

Seakan tak kalah dari stan-stan yang menjajakan makanan, mobil perpustakaan keliling yang disediakan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta juga ramai pengunjung. Bak gula yang dirubung semut, para pengunjung bergantian menikmati buku-buku dan mencoba aneka mainan yang tersaji di pustaka keliling.

Penulis beserta rekan lainnya dengan ramah menyapa para pengunjung yang mampir ke mobil pustaka keliling. Berdasarkan laporan pandangan mata, mayoritas pengunjung pada hari itu didominasi oleh keluarga yang membawa anak-anaknya. Anak-anak bisa leluasa membaca buku dan menonton film kartun yang diputar dari mobil perpustakaan keliling.

Ada satu pengunjung yang menarik perhatian penulis. Seorang anak lelaki, yang ketika mengisi daftar hadir pengunjung membubuhkan namanya sebagai Faiz. Tatkala mengisi daftar hadir, Faiz menuliskannya dengan pelan-pelan seraya mengeja apa yang dia tulis. Penulis mengamatinya dengan saksama.

"F A I Z... Faiz," gumam Faiz sambil menorehkan tinta dengan jari-jari mungilnya.

"Ohh, adik namanya Faiz?" sapa penulis.

Rupanya Faiz kurang berkenan jika dirinya disapa dengan sebutan 'adik'. Ia lebih senang dipanggil dengan sebutan 'abang'.

"Eehmm... abang lah, Om," protes Faiz seraya memandang penulis dengan yakinnya.

Penulis langsung paham, dan lantas menuruti apa yang dimaui Faiz. Seusai mengisi daftar hadir, Faiz masih duduk di karpet. Ia dan anak-anak lainnya asyik menikmati film kartun yang diputar melalui televisi yang tersedia di mobil pustaka keliling. Namun, Faiz tak bertahan lama. Ia bangkit dan mendekati penulis.

"Oom, suaranya kurang keras. Faiz kencengin, yaa...?"

Faiz merasa, suara televisi yang sedang menayangkan film kartun harusnya bisa lebih keras. Faiz lantas mendekati speaker dan menemukan tombol putar untuk mengeraskan volume suara. Namun dengan halus, penulis menahan tangan Faiz.

"Abang, suaranya segini aja, ya? Nanti kalo kenceng-kenceng ganggu yang lain," ujar penulis kepada Faiz. Tetapi Faiz tidak menyerah begitu saja. Ia malah menemukan remote control yang teronggok tidak jauh dari speaker.

"Naah, pake ini ya, Om?" balas Faiz sambil mulai menekan-nekan tombol penambah volume suara. Penulis sungguh terkesima dengan kelihaian Faiz. Seorang pria separuh baya berkaus merah, kemudian bersuara agak kencang. Rupanya dia adalah ayah dari Faiz, yang sedari tadi mengamati interaksi putranya dengan penulis.

"Abang, udah suaranya segitu aja. Yok, lihat buku-buku di sini?" sahut ayah Faiz.

Faiz menuruti ayahnya dan mengembalikan remote control kepada penulis. Perhatian Faiz lantas tertuju kepada buku-buku yang ada di kedua sisi mobil pustaka keliling. Faiz melihat-lihat buku yang ada, dan kadang mengeja judul bukunya dengan suara kencang. Sang ayah kemudian mendekati penulis dan berbisik.

"Faiz ini hiperaktif," bisiknya halus kepada penulis. Lelaki ini juga menyampaikan bahwa Faiz bersekolah di sebuah SLB di Bukittinggi. Penulis semakin terkesima dengan Faiz. Tak disangka, Faiz lantas mendatangi penulis. Dengan santai, ia menggamit tangan penulis dan menggeret penulis untuk menemaninya melihat-lihat buku di sisi yang lain dari mobil pustaka keliling.

Penulis pun menuruti kemauan Faiz. Penulis dibuat kagum lantaran Faiz tak henti-hentinya bertanya banyak hal. Dari sini penulis memperoleh insight, bahwa anak berkebutuhan khusus itu memang istimewa. Dibutuhkan kesabaran dan kelapangan hati untuk memandunya. Setelah cukup lama bermain-main di pustaka keliling, Faiz pun pamit. Tak lupa ia menyapa penulis seraya melambaikan tangannya.

"Dadaahh... Om," seru Faiz sambil pergi dan diikuti ayahnya.

Momen pertemuan dengan Faiz, memberikan banyak pelajaran bagi penulis. Termasuk, hal ini semakin membuktikan, bahwa perpustakaan adalah lembaga pelayanan publik yang mengedepankan inklusivitas. Siapapun bisa menjadi pemustaka. Dan setiap pemustaka adalah istimewa. Tergantung bagaimana kita memandangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun