Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan siklus menstruasi :
1. Konsumsi suplemen folat, konsumsi suplemen folat dapat membantu mengurangi peluang terjadinya siklus menstruasi yang tidak teratur. Tingginya kadar folat memiliki korelasi yang baik dalam tubuh.
2. Vitamin C, suplementasi vitamin c memeiliki efek atau pengaruh pada kekebalan endometrium dan hormon ovarium pada wanita. Peran vitamin C sebagai antioksidan dapat membantu  dari stres yang dapat memicu gangguan siklus menstruasi
3. Konsumsi zat besi, adalah komponen utama yang memiliki fugsi dalam pematangan sel darah merah, yang apabila jumlah kurang dalam tubuh dapat memicu anemia yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi.
4. stress, stress adalah kondisi dimana tubuh terganggu karena sebuah tekanan dengan mengatur pola tidur dan manajemen stress dengan baik maka dapat mengurangi resiko gangguan siklus menstruasi.Â
5. Konsumsi gizi seimbang, mengkonsumsi gizi seimbang dengan porsi yang sesuai yang terdiri dari (karbohidrat, protein, lemak, sayur, cairan) seperti yang ada pada tumpeng gizi seimbang
6. Berhenti mengonsumsi rokok dan alkohol, seperti yang kita ketahui penggunaan nikotin memiliki dampak buruk bagi kesehatan tubuh terutama seorang wanita, telah terbukti bahwa semakin banyak rokok yang dikonsumsi setiap harinya, maka dapat memicu resiko terjadinya disminore pada wanita usia produktif.
Terapi yang dapat dilakukan :
Dari asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (zat besi, folat, dan juga vitamin C) asupan gizi yang cukup dapat berpengaruh baik terhadap siklus menstruasi.
Dari Aktivitas fisik, Pembinaan olahraga pada atlet intensitas aktivitas fisik maupun kondisi psikis atlet harus dilakukan dan wajib diperhatikan dengan baik dan benar.
Setiap wanita memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda tergantung faktor lain yang dapat memicunya, meskipun faktor aktivitas fisik dan beban berat juga dapat mempengaruhi. Aktivitas yang terlalu berat khususnya pada atlet wanita menyebabkan adanya gangguan menstruasi .Semakin tinggi intensitas dan frekuensi aktivitas fisik yang dikerjakan, maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan menstruasi.