Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berkaca dari Perjuangan Penghapusan Apartheid

7 April 2019   23:26 Diperbarui: 9 April 2019   11:55 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://steemit.com 

"My biggest obsession is to show Indonesians and the world who the people of Indonesia real"

Salah satu masa suram yang terjadi puluhan tahun di Afrika Selatan adalah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintahan kulit putih. Sistem ini dikenal dengan istilah Apartheid yang berasal dari bahasa Afrikaans (Apart artinya memisah dan Theid artinya sistem atau hukum).

Masa Apartheid adalah masa dimana ada penggolongan suku yang menganaktirikan dan menindas golongan kulit hitam dengan tiga Undang-undang sebagai berikut:

1. Land Act
Land Act merupakan undang-undang yang melarang orang-orang berkulit hitam memiliki "homeland" di luar wilayah tempat tinggal yang telah ditentukan pemerintah.

2. Group Area Act
Group Area Act merupakan undang-undang yang mengatur pemisahan orang kulit putih dan orang kulit hitam.

3. Population Registration Act
Population Registration Act merupakan undang-undang yang mewajibkan semua orang kulit hitam untuk mendaftarkan diri menurut kelompok suku masing-masing.

Ketiga undang-undang tersebut mengundang kecaman dari dunia Internasional. Masyarakat pun menanggapi hal ini dengan serius sehingga mulai timbul gerakan-gerakan melawan Apartheid di Afrika Selatan. Salah satu gerakan yang terkenal adalah African Nasional Congress di bawah pimpinan Nelson Mandela.

Pada tahun 1961, ANC mengadakan sebuah gerakan untuk tinggal dalam rumah. Sayangnya, aksi ini dianggap melanggar undang-undang Apartheid. Nelson Mandela ditangkap sebagai biang keladinya lalu dijebloskan dalam penjara.

Di masa yang sama, seorang pria yang tumbuh besar dibawah kejamnya kekuasaan Apartheid pun ikut meramaikan perjuangan ini. Dengan talentanya sebagai seorang penyanyi ia menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu yang berisi perjuangan melawan Apartheid.

Pria yang bernama Hugh Masekela ini lahir pada tanggal 04 April 1939. Ia tentunya adalah seorang Penyanyi dan Composer serta pemimpin band. Dalam konser-konsernya ia selalu menyanyikan lagu-lagu Apartheid. Beberapa lagu yang terkenal adalah Bring Back Home (Nelson Mandela) dan Soweto.

Dalam sebuah wawancara, ia mengatakan "My biggest obsession is to show Africans and the world who the people of Africa real".
Ia hanya ingin ada kebebasan dan keadilan di Afrika yang mana suatu saat orang-orang dan dunia melihat orang Afrika yang sebenarnya.

Rupanya Apartheid sangat merugikan masyarakat Afrika Selatan yang berkulit hitam. Tidak ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Afrika Selatan. Hal ini dilihat dari gerakan-gerakan dan kecaman PBB untuk penghapusan Apartheid.

Selain Nelson Mandela, Perjuangan Hugh Masekela pun turut diperhitungkan sebagai salah satu perjuangan yang mendukung Nelson Mandela untuk penghapusan Apartheid ini.
Modal sebagai penyanyi, ia menggunakan talentanya untuk berjuang demi terwujudnya negara yang demokratis.

Belajar dan kisah perjuangan Hugh Masekela sebagai orang belakangnya Nelson Mandela. Kita perlu menggunakan talenta kita dengan baik dan untuk hal yang baik. Kita perlu menggunakan talenta kita sebagai pengabdian kepada negara.

Hari ini Indonesia sudah merdeka 70-an tahun. Namun, kemerdekaan kita hanya sebatas bebas dari penjajahan. Kita belum merdeka secara moral dan keadilan sosial. Kita belum sepenuhnya menjalankan negara Pancasila dengan sungguh-sungguh.

Bhinneka Tunggal Ika hanyalah sebuah simbol semata. Sebuah semboyan yang hilang makna. Bukan lagi berbeda-beda tetapi tetap satu melainkan berbeda-beda tetap berbeda. Pancasila yang menyatukan Indonesia dari segala penjuru baik suku, agama dan ras tidak dipandang dan diakui oleh sekelompok orang.

Kapan kita melihat Indonesia sebagai negara yang tidak pandang bulu, agama, suku dan ras? Jawabannya hanya dengan berjuang. Berjuang untuk mempertahankan Pancasila dan memelihara serta melakukan nilai-nilainya karena sesungguhnya Ideologi Pancasila lebih besar dari segala Ideologi.

Seperti Hugh Masekela, Mari gunakan talenta kita untuk memperjuangkan Indonesia ke arah yang lebih baik. Jangan biarkan beberapa orang berjuang sendiri. Temukan cara berjuang untuk negeri ini. Temukan jalanmu untuk berjuang bagi negeri ini.

Jika anda penyanyi, kumandangkanlah lagu-lagu kebangsaan Samapi ujung dunia. Jika anda adalah Imam, berdoalah bagi negeri ini. Jika anda guru, didiklah murid-murid menjadi murid yang nasionalis. Jika anda penulis, tulislah untuk sebuah perubahan Indonesia sampai ajal menjemputmu.

Melalui tulisan ini, saya mengajak seluruh kompasianer untuk terus menulis. Saya percaya, perubahan Indonesia kedepan tidak terlepas dari kontribusi para kompasioner.

Marilah kita bermimpi, bermimpi untuk wujudkan Indonesia yang sebenarnya. Wujud yang kita inginkan adalah kemerdekaan yang sesungguhnya.

Salam NKRI harga mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun