Mohon tunggu...
Pramudya Arie
Pramudya Arie Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Indonesia

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendekonstruksi Kebijakan Penghapusan Ekstrakurikuler Pramuka Dari Sekolah

4 April 2024   05:18 Diperbarui: 4 April 2024   22:53 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Kwarcab Gunungkidul

(Sebuah tulisan untuk mengenang sahabat-sahabatku anggota "Regu Kancil" dan kegiatan Persami (Perkemahan Sabtu Minggu) tahun 1988 Gudep SMPN 7 Bunga Matahari Banjarmasin)

Sebagai salah satu unsur budaya dan pendidikan yang telah merajai Indonesia selama beberapa dekade, ekstrakurikuler Pramuka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman pendidikan siswa. Namun, bayangan akan kebijakan Mendikbud yang menghapuskan ekstrakurikuler Pramuka dari sekolah telah menggugah perdebatan sengit di berbagai lapisan masyarakat. Dalam opini ini, kita akan mengeksplorasi implikasi, kontroversi, dan pertimbangan yang terlibat dalam penghapusan ekstrakurikuler Pramuka dari sekolah.

Menggali Akar Tradisi Pramuka

Sebelum kita melangkah lebih jauh, penting untuk memahami akar tradisi Pramuka di Indonesia. Gerakan Pramuka pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Pendiri Indonesia, Soekarno, pada tahun 1961. Tujuannya bukan hanya untuk melatih keterampilan bertahan hidup dan kecakapan fisik, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa yang tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab.

Seiring berjalannya waktu, Pramuka telah menjadi lebih dari sekadar kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ini telah menjadi suatu simbol identitas nasional yang memperkuat nilai-nilai kebersamaan, kepemimpinan, dan kepedulian lingkungan. Melalui prinsip-prinsip dasar seperti "Dasa Darma", yang menekankan pada kejujuran, kerja sama, dan kedisiplinan, Pramuka telah membentuk karakter dan moralitas generasi muda Indonesia.

Implikasi Penghapusan Ekstrakurikuler Pramuka

Penghapusan ekstrakurikuler Pramuka dari sekolah dapat memiliki sejumlah implikasi yang signifikan. Pertama-tama, ini dapat mengguncang pondasi nilai-nilai tradisional yang telah ditanamkan dalam pendidikan Indonesia. Pramuka tak hanya persoalan keterampilan bertahan hidup atau pengembangan keterampilan praktis; ini tentang membentuk karakter dan moralitas siswa.

Kedua, penghapusan Pramuka dapat mengurangi kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam kegiatan di luar kelas yang berpotensi membentuk keterampilan sosial, kepemimpinan, dan tanggung jawab. Pramuka sering kali menjadi tempat di mana siswa dapat belajar untuk bekerja sama, memimpin, dan mengatasi tantangan bersama-sama. Tanpa Pramuka, siswa mungkin kehilangan kesempatan penting untuk pertumbuhan pribadi mereka.

Selain itu, penghapusan Pramuka dapat memengaruhi hubungan antara sekolah dan masyarakat. Pramuka sering kali melibatkan partisipasi aktif dari komunitas lokal, baik melalui kegiatan pengabdian masyarakat, perkemahan, atau acara lainnya. Dengan menghapuskan Pramuka, sekolah mungkin kehilangan kesempatan untuk memperkuat ikatan dengan masyarakat sekitar.

Kontroversi dan Pertimbangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun