Mohon tunggu...
Neng Yayas Ismayati
Neng Yayas Ismayati Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menjejakkan sejarah

Seorang Ibu Guru Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjadi Bunda

22 September 2022   23:32 Diperbarui: 22 September 2022   23:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Bunda... Bunda." Senyumnya selalu mengembang setiap pagi.

            Setelah mencium kening dan perutku yang mulai menonjol, suamiku pun berangkat. Tak lupa kucium punggung tangannya sambil mengingatkannya agar hati-hati di jalan dan pulang lebih cepat karena akan ada acara syukuran empat bulanan kehamilanku.

            Akhirnya aku hamil juga. Cita-citaku menjadi seorang ibu dalam hitungan bulan akan segera terwujud. Kandunganku sudah menginjak empat bulan. Orang tua, saudara, teman, kerabat, terkejut tak percaya saat kami menyampaikan berita gembira ini. Ekspresi mereka pun macam-macam. Ada yang bersorak kegirangan, berteriak, memelukku, mencubit kulitnya sendiri, membuktikan ini bukan mimpi, bahkan ada yang mengikuti kedua orang tua kami bersujud syukur. Mereka turut berbahagia akan kehamilan yang kunantikan selama belasan tahun ini. Benar kata suamiku, hanya dengan bersabar semua akan tiba pada masanya.

***

            "Yang kuat yaa, Bunda. Sebentar lagi bayi kita lahir," kata suamiku menguatkanku.

            "Maafkan aku, Ayah. Aku sering meragukan kesabaranmu, sering mengecewakanmu," jawabku sambil menatap matanya.

            "Bunda bicara apa sih? Sekarang waktunya Bunda bersemangat untuk melahirkan bayi kita. Bayi yang sudah lama kita nantikan. Bayi yang akan benar-benar memanggil bunda padamu dan ayah padaku. Orang tua dan adik-adik kita menunggu di luar. Menanti kehadiran bayi mungil kita. Bunda jangan banyak pikiran yaa. Ayo sambil berdoa semoga Tuhan memberikan Bunda kekuatan menghadirkan bayi kita ke dunia ini." Seperti biasa, dengan bijak dan tenangnya, suamiku terus menyemangati aku.

            Keringat membanjiri tubuhku. Sudah hampir sehari semalam rasa mulas dan sakit di perutku ini tak kunjung reda. Kini puncaknya aku harus mengeluarkan segala daya dan upaya untuk menyaksikan tubuh mungil yang sudah sembilan bulan bergelung di perutku. Kuhempaskan ketakutanku, kusingkirkan keraguanku, kukerahkan semua sisa tenagaku. Dokter dan para perawat di sampingku tak henti memberikan arahan dan semangat agar proses persalinanku lancar. Dalam setiap hela tarikan napasku, tak lupa kuucapkan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas nikmat yang telah Dia berikan padaku selama penantian ini. Belasan tahun aku dan suamiku menanti kesempatan ini. Ribuan malam terhanyut dalam sujudku. Sindiran dan cibiran, telah kenyang kami telan. Keraguan dan kekhawatiran telah kami lewati. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu, yaaa Bunda sebenar-benarnya.

            Dengan dorongan yang paling kuat yang bisa aku lakukan disertai untaian doa yang tak pernah berhenti aku gumamkan, seorang manusia mungil terlahir ke dunia. Disertai tangisnya yang nyaring, suamiku memelukku erat sambil mengucap syukur. Alhamdulillah...kini aku seorang ibu.

            "Bunda! Bunda! Bunda!"

            Awalnya, seulas cahaya putih itu menyilaukan pandangku. Namun, perlahan cahaya tersebut bak air yang mulai menghangat. Kehangatannya perlahan menarikku. Kulihat kakiku tak bergerak sama sekali. Tapi tubuhku mendekat. Kupalingkan mukaku ke belakang. Tampak senyum suamiku semanis biasanya.  Dia tak sendiri. Ada sesuatu yang terbungkus kain lembut dalam gendongannya. Perlahan suamiku menyingkap kain tersebut. Tersembullah sebentuk wajah bundar menggemaskan dengan tangan dan kaki meronta pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun