Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kajian Tafsir Surat At-Tahrim Ayat 1-6, Pentingnya Mendidik Diri dan Keluarga

20 November 2022   21:42 Diperbarui: 20 November 2022   22:24 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: muslimum.my

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)

Kajian Islam Ahad Subuh (KISAH) Masjid Al Ihsan Permata Depok, pada 6 November lalu, membahas kajian tafsir. Surah yang ditasirkan adalah surah At Tahrim. Kajian disampaikan oleh ustadz Ahmad Badrudin Lc, Mc. Berikut kajian yang diadakan secara hybrid.

Sebagai kepala keluarga dan juga imam keluarga, seorang suami tidak boleh egois, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia  juga harus mementingkan keselamatan keluarganya, yang tidak lain isteri dan anak-anaknya, dari api neraka.

Meski ayat ini disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, bukan berarti perintah ini semata-mata dikhususkan kepada Nabi. Melainkan wajib dilaksanakan oleh seluruh umat Islam di muka bumi ini.

Dalam ayat di atas, Allah tidak memerintahkan untuk menjaga diri sendiri dari api neraka, tetapi juga keluarga untuk turut dijaga dari api neraka. Tidak boleh seseorang suami bersikap egois dengan hanya menjaga dirinya dari api neraka.

Melalui ayat ini Allah mengingatkan kita sebelum seseorang mencegah orang lain dari neraka jahanam, hendaknya dia mencegah istri dan anak-anaknya terlebih dahulu. Bisa jadi kemaksiatan terjadi di dalam rumah kita sendiri, atau bisa jadi tanpa disadari kita telah mengajarkan anak-anak kita kemungkaran.

Dengan ayat ini Allah mengingatkan sebelum seseorang mencegah orang lain dari neraka jahanam, maka perhatikanlah anak dan istri terlebih dahulu. Karena jangan sampai orang lain diselamatkan sementara istri dan anak-anaknya terjerumus ke dalam neraka Jahannam.

Kalau suami melupakan dirinya, belum melaksanakan perintah Allah, bagaimana dia bisa melindungi keluarganya? Allah memerintahkan diri kita dulu baru kemudian keluarga dan orang lain.  

Bagaimana dengan suami yang mengingatkan isteri dan anak-anaknya beribadah, sementara dirinya tidak melakukan apa yang ia ingatkan. Misalnya, ia mengingatkan isteri dan anak-anaknya shalat tapi dia tidak shalat. Apakah suami tersebut termasuk munafik?

Suami seperti itu, kata ustadz, bukan suami yang munafik. Tetapi suami yang lalai. Ia hanya menjaga isteri dan anaknya, tetapi tidak menjaga dirinya. Ia lalai terhadap dirinya sendiri. Ia bukanlah suami yang baik.

Meski demikian, sebagai seorang isteri tidak boleh berputus asa mendoakan suaminya untuk menjadi suami yang lebih baik, yang taat, dan lebih bertanggung jawab. Bisa jadi, perubahan itu terjadi ketika usia semakin bertambah.

"Kalau suami kita malas ibadah, jangan lantas terlalu cepat meminta cerai. Asyiah saja bertahan dengan Firaun. Ia tetap taat pada suami selama ketaatan itu tidak menyimpang dari keimanan. Insya Allah suami kita tidak seperti Firaun," katanya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Bagaimana jika dengan sikap istri yang membiarkan suami lalai dalam ibadah dengan pertimbangan suami sudah dewasa, sudah diingatkan, sudah paham tentang ilmu agama juga, apakah isteri berdosa?

Ustadz lalu menukilkan satu hadist. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Semoga Allah menurunkan rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun malam hari kemudian shalat, lalu membangunkan istrinya. Apabila istrinya menolak bangun, ia akan memercikkan air ke wajah istrinya.

Semoga Allah juga menurunkan rahmat kepada seorang perempuan yang bangun malam hari kemudian shalat, lalu membangunkan suaminya. Jika suaminya menolak bangun, ia akan memercikkan air ke wajah suaminya." (H.R. Abu Daud)

Jika suami atau isteri belum juga berubah, kita bisa meminta bantuan orang yang dekat dengan suami atau isteri kita atau yang kita percaya. Siapa tahu, dengan bantuannya suami atau isteri menjadi sosok yang taat beribadah.

Perlu diingat upaya untuk mengajak keluarga untuk taat beribadah adalah upaya yang terus-menerus dilakukan. Selalu mengingatkan dengan penuh kesabaran.

Allah berfirman dalam surat Thaha ayat 132, "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa".

Kalau usaha kita tidak berhasil untuk membangunkan yang penting kita sudah berusaha mengingatkan. Insyaallah kita tidak berdosa

Bagaimana agar anak-anak kita menjadi anak yang sholeh dan sholehah? Kata kuncinya ada pada orang tua. Anak-anak kita akan mengikuti kegiatan orang tua. Terus saja didoakan, diarahkan.

Bisa jadi selama hidup anak kita belum sholeh, tetapi setelah kita mati dia berubah menjadi orang yang sholeh, dan dikenal masyarakat atas kesholehannya.

Banyak kasus seperti ini. Ketika orang tua masih ada, si anak bandelnya minta ampun, tapi ketika meninggal, anaknya tersadar dan menjadi sholeh. 

"Ada kawan saya, seorang ustadz dan ulama punya anak yang susah dinasehati. Pokoknya bandel. Ketika orangnya meninggal anak itu sekarang menjadu ustadz yang lebih dikenal dibanding ayahnya. Yang penting kita tidak boleh berputus asa untuk selalu mendoakan," ujar ustadz.

Ayat 6 surah At Tahrim tersebut merupakan kelanjutan dari ayat-ayat sebelumnya yang saling berkaitan. Perintah Allah kepada Rasul bagaimana membina hubungan suami isteri yang baik. Ini harus kita jadikan tuntunan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dalam ayat 1 Allah berfirman, "Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin mencari keridhaan istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".

Ayat ini mengingatkan Nabi mengapa mengharamkan sesuatu yang dihalalkan hanya sekedar untuk menyenangkan salah satu isterinya karena kecemburuannya pada isteri yang lain.

Teguran ini diturunkan ketika Rasulullah melarang dirinya minum madu setelah beliau meminum madu di rumah Zainab. Isteri Nabi, Aisyah dan Hafshah, cemburu. Jadi, ketika nabi mampir di rumah keduanya, lantas berkata,

"Aku mencium bau maghafir -- sejenis tanaman yang berasa manis namun baunya tidak sedap, maka Rasulullah berkata kepada Hafshah, "Tidak mengapa, aku telah meminum madu di tempat Zainab, dan aku tidak akan mengulanginya lagi."

Allah menurunkan ayat ini untuk menegur Nabi, "Mengapa kamu melarang dirimu dari sesuatu yang Allah halalkan bagimu, demi mendapat kerelaan Aisyah dan Hafshah? Allah Maha Besar ampunan dan rahmat-Nya".

Sejatinya, Nabi melakukan itu demi menjaga keharmonisan rumah tangga. Tetapi ijtihad Nabi ternyata keliru sehingga ditegur oleh Allah.

Ayat 2, Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Melalui ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk membatalkan sumpah dan membayar kafarat. Ketika kita telah bersumpah yang tidak sejalan dengan ajaran agama, maka jangan ragu untuk meninggalkan sumpah tersebut, lalu membayar kafarat.

Ayat 3, Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad.

Lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya:

"Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

Dari ayat ini sejatinya bahwa suami boleh menceritakan hal rahasia kepada isteri. Siapa lagi yang mau kita percayai kalau bukan pasangan hidup kita? Orang yang paling tepat bagi suami sampaikan rahasia ya kepada istri.

Isteri akan merasa dihargai ketika suami menjadikan isterinya sebagai tempat menyimpan rahasianya. Karena itu, hendaknya kita mengusahakan agar istri kita menjadi teman terdekat yang sering diajak berbicara.

Namun dari ayat tersebut, ternyata Hafshah tidak kuat menyimpan rahasia yang Nabi sampaikan. Hafshah menceritakan rahasia itu kepada 'Aisyah. Di sinilah kesalahan Hafshah karena membongkar rahasia yang diamanahkan Nabi.

Dari ayat ini juga menunjukkan sikap bijak dan mulianya Nabi. Beliau menegur suatu kesalahan tanpa harus membongkar semuanya. Hal seperti ini sangat penting dalam kehidupan berumah tangga. Jangan sampai seseorang memiliki catatan kesalahan-kesalahan istrinya, lalu kemudian mengungkapkannya satu-persatu.

Cukuplah sebutkan beberapa kesalahan saja, bahkan jika kita bisa melupakan kesalahannya maka itu lebih baik. Karena mengingat-ingat kesalahan bukanlah ciri orang yang baik.

Begitu pula untuk para istri, jika sang suami melakukan kesalahan maka tidak mengapa untuk dinasihati, tetapi tidak harus membongkar seluruh kesalahan-kesalahannya.

Ayat 4, Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.

Rasulullah tidak marah kepada Hafshah, tetapi hanya menegurnya. Dalam ayat ini, Allah  juga tidak memerintahkan Hafshah dan 'Aisyah bertaubat. Tetapi Allah menawarkan keduanya untuk bertaubat.

Seorang suami harus paham jika kesalahan seorang istri karena kecemburuan, maka hendaknya seorang suami bisa lebih mudah untuk memaafkan dan mengalah. Sejatinya istri melakukan kesalahan tersebut karena saking cintanya kepada sang suami.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Ayat 5, Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.

Allah mengingatkan kepada istri-istri Nabi jika mereka terus melakukan kesalahan sehingga Nabi menceraikan mereka, maka Allah akan menggantikan mereka dengan wanita yang lebih baik daripada mereka.

Perkara yang paling ditakuti oleh para isteri adalah dicerai, meski terkadang banyak juga perempuan yang menantang suaminya untuk menceraikannya. Terkadang perempuan tersebut tidak memikirkan hal ke depannya.

Karena itu, laki-laki hendaknya tidak begitu mudah mengucapkan cerai. Pihak perempuan juga jangan begitu mudah meminta cerai.

Jika seorang suami ditantang isterinya untuk menceraikannya maka janganlah terpancing. Hendaknya menyadari memang perempuan memiliki kelemahan yang mendahulukan perasaan dari pada logika dan akal sehatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun