Tidak hanya saya yang berpandangan bahwa penempatan Megawati di BRIN tidak tepat. Kawan-kawan saya yang biasa berkutat dengan Kemenristek dan LPNK di bawah koordinator Kemenristek juga berpandangan sama.
Menurut kawan-kawan saya, pengelolaan BRIN sangat berpotensi memunculkan konflik kepentingan. Terlebih Megawati Soekarnoputri menjabat ketua umum partai.Â
Akan sarat dengan kepentingan kelompok atau politik. Bisa mencampuradukkan kepentingan politik dengan kepentingan riset.Â
Kawan-kawan saya pun lantas menyitir hadir riwayat Bukhari tersebut. Dan, mereka menyakini cepat atau lambat itu akan terjadi.Â
"Shahih," kata kawan saya menanggapi hadist tersebut.Â
"Kawan, mau ngomong apalagi coba? Saat jadi Presiden memangnya kebijakannya nggak amburadul? Coba lihat itu Indosat?" timpal kawan saya yang lain.
Ya, diskusi mengenai BRIN masih saja hangat diperbincangkan di group. Kami memang sangat menyayangkan. Padahal, kami juga tidak punya kepentingan apa-apa di lembaga itu. Bukan peneliti, bukan ASN.Â
Ini hanyalah bentuk kemirisan kami saja, kekhawatiran akan terjadi pengelolaan yang salah. Takut saja apa yang sudah dicapai selama ini oleh para peneliti Indonesia, menjadi tidak ada artinya.
Tapi, bukan hanya kami saja yang khawatir. Para guru besar juga memiliki pandangan yang sama dengan kami.Â
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra berpendapat Megawati bukanlah sosok yang relevan dengan identitas BRIN. Latar belakang Mega sama sekali tidak bergerak di bidang riset dan inovasi sesuai tugas BRIN.Â