Jadi, bagaimana para salaf ini menghidupkan Ramadhan?
Generasi salaf ini adalah orang-orang yang mengetahui betapa berharganya bulan yang penuh barakah ini. Mereka melewati bulan tersebut dengan penuh keseriusan dan bersungguh-sungguh untuk melakukan amal shalih dengan mengharapkan ridha Allah dan mengharap ganjaran-Nya.
Perintah wajib puasa sendiri turun pada tahun kedua Nabi hijrah, di usianya yang ke-54, Â pada bulan Sya'ban atau bulan ke-8 dalam kalender Hijriah. Ditandai dengan diturunkannya ayat perintah puasa ramadhan.
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (Albaqarah, ayat 183).
Perintah ini diturunkan tahun ke-2 hijriyah dan Rasulullah sudah hijrah ke Madinah. Di tahun ini pula untuk pertama kali diwajibkan berpuasa. Saat itu, Nabi berusia 54 tahun. Jadi, begitu diturunkan perintah puasa semua kaum muslim bersuka cita, bahagia, senang, lapang.
Rasul dan para sahabat menyambutnya dengan penuh suka cita karena selama ini kaum Yahudi selalu mengolok-olok Nabi dan umatnya yang tidak mempunyai syariat puasa.
Sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, Nabi berpuasa mengikuti apa yang dilakukan Nabi Musa, nabinya kaum Yahudi, sementara Nabi Musa juga nabinya umat Islam.
Tarhibnya Rasullullah menyambut puasa Ramadan itu selama dua bulan, yaitu di bulan Rajab dan Sya'ban.
Apa yang dilakukan Nabi? Yaitu dengan banyak membaca doa. Di antaranya doa, "Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku pada bulan Rajab dan Sya'ban dan panjangkanlah usiaku agar aku sampai ke bulan Ramadhan".
"Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan." (HR Abu Dawud).