Mohon tunggu...
Neng Rini
Neng Rini Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Rini Selina yang sangat suka jajan, anak yang memiliki sikap suka diem, suka crewet dan menyukai benda-benda yang lucu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Baglog

11 Agustus 2022   09:10 Diperbarui: 11 Agustus 2022   09:15 3082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Secukupnya

Cara Membuat Kompos dari Limbah Baglog Jamur

Pada dasarnya pembuatan pupuk kompos tidaklah rumit dan tidak membutuhkan biaya yang mahal, pengerjaan mudah dan murah, apalagi jika di lokasi pembuatan bahan-bahan limbah organik tersedia, seperti limbah baglog jamur, pupuk kandang, atau limbah organik lainnya. Dalam artikel ini disajikan tentang pembuatan pupuk kompos organik dengan memanfaatkan limbah baglog jamur tiram. Adaun langkah kerja sebagai berikut;

  • Pemilihan bahan baku
  • Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah anorganik dari limbah baglong jamur tiram, sampah anorganik tersebut antara lain plastik cicin baglog, karet, dan plastik baglog. Pemilahan harus dilakukan dengan teliti dan cermat karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan. Selain pemilahan dari bahan-bahan sampah anorganik bahan baku juga disortir dengan menggunakan pengayak, ini bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan organik yang masih kasar atau besar.
  • Pengecilan ukuran
  • Pada dasarnya ukuran dari limbah baglog jamur sudah sangat kecil, tetapi beberapa limbah baglog ada yang mengalami pengerasan sehingga perlu dilakukan penghancuran untuk memperkecil ukuan. Proses pengecilan ukuran ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah kinerja dekomposer dalam proses pengomposan. Pengecilan ukuran ini dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul.
  • Penimbangan 
  • Penimbangan bahan-bahan dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara bahan dasar dan bahan tambahan yang digunakan. jika tersedia 1000 kg limbah baglog jamur maka dibutuhkan 40 kg bekatul, 400 kg kotoran sapi, gula aren kg (dilarutkan ke dalam 1 ltr air). Ekstrak Mikro Organisme Lokal (MOL) 2 liter, EM4 350 ml, dan air secukupnya.
  • Pencampuran bahan 
  • Pencampuran jumlah bahan baglog jamur bahan lainnya seperti kotoran sapi, bekatul (dedak halus), larutan molase dan Mikro organisme lokal yang telah dibuat sebelumnya, serta EM4. Campurkan dengan rata limbah baglog jamur dengan kotoran sapi dan bekatul/ dedak halus sesuai dengan kombinasi.


  • Penyusunan tumpukan 
  • Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran dan pencampuran dengan komponen bahan-bahan lainya kemudian disusun menjadi tumpukan.
  • Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
  • Fermentasi 
  • Fermentasi atau proses pengomposan dilakuakn dengan menutup seluruh tumpukan kompos yang belum jadi, penutupan ini bertujuan untuk mempercepat atau memaksimalkan kinerja bakteri pengurai pada saat permentasi atau pengomposan. Proses ini berlangsung selama 1 bulan.
  • Pengukuran suhu dan Pembalikan
  • Pengontrolan suhu dilakukan 1 kali dalam seminggu, hal ini bertujuan untuk mengontrolan peningkatan suhu pada bahan-bahan yang dikomposkan, karena perubahan suhu atau makin meningkatnya suhu pada tumukan kompos menadakan kinerja dari baketri pengurai, suhu umumnya akan meningkat pada minggu pertama mencaai 45-500C akan berlangsung bebapa minggu dan makin lama makin menurun sesuai dengan suhu lingkungan. Selain untuk mengetahui apakah akterinya bekerja atau tidak pada saat permentasi, pengontrolan suhu juga berfungsi untuk mengetahui kompos yang dibuat telah matang atauan masih dalam proses pengomposan.
  • Jika terjadi peningkatan suhu maka perlu dilakkan pembalikkan. Pembalikan ilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
  • Penyiraman 
  • Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%).
  • Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
  • Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan kompos harus ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
  • Pematangan 
  • Setelah pengomposan berjalan 30 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
  • Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari
  • Penyaringan 
  • Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
  • Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
  • Pengemasan dan penyimpanan 
  • Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
  • Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.

KESIMPULAN        

 

Pemberian pelatihan pembuatan pupuk kompos dari baglog jamur kepada pembudidaya jamur tiram menghasilkan respon positif baik dari pembudidaya maupun masyarakat. Hal tersebut dikarenakan  mempengaruhi pendapatan dan terciptanya lingkungan yang ramah lingkungan sehingga tidak ditemukan lagi tumpukan sampah jamur tiram yang terbengkalai pengelolaannya.  Program ini memberikan manfaat yang besar bagi pembudidaya jamur tiram karena dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan lahan pekarangan sehingga menjadi lebih produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Alqamari, M., Kabeakan, N. T. M. B., & Yusuf, M. (2021). Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah Baglog Untuk Peningkatan Pendapatan Pada Kelompok Tani Jamur Tiram Di Kelurahan Medan Denai Kecamatan Medan Denai. Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 73-81.

Suhastyo, A. A. (2017). Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos. JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat), 1(2), 63-68.

Taufikkurahman, T., Winarno, A. D., Nugraha, R. G., Hendrawan, R. C. B., Valentina, S. K., & Endharto, S. A. P. (2022). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA LEGUNDI DENGAN PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK MENGGUNAKAN MEDIA LIMBAH BAGLOG JAMUR TIRAM. KARYA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 12-16.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun