Mohon tunggu...
Nenden Nur Amalia
Nenden Nur Amalia Mohon Tunggu... Mahasasiswa Magister Akuntansi Universitas Mercubuana -Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Nenden Nur Amalia NIM 55524110004 Univeritas Mercubuana Dosen Pengampu Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si. Jurusan Magister Akuntansi Mata Kuliah Manajemen Pajak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2: Pendidikan Habitus Perpajakan Trans-Substansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (Dosen Pengampu Prof Dr. Apollo M.Si Ak) -NIM 55524110004

24 Juni 2025   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2025   22:41 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa itu Paideia (sumber: Modul Dosen Prof Apollo)

Makna Filosofis Alegori Gua

Alegori ini adalah kritik pedas Plato terhadap manusia yang terjebak dalam doxa---pengetahuan dangkal yang berbasis pada indra dan opini semata. Dinding gua dengan bayangan-bayangannya melambangkan dunia fisik yang kita persepsi melalui indra, dunia yang berubah-ubah, tidak stabil, dan seringkali menipu. Api di belakang mereka melambangkan sumber cahaya yang terbatas dan tidak sempurna, mirip dengan cara kita sering mengandalkan informasi yang tidak lengkap atau terdistorsi.

Pelepasan dari belenggu dan pendakian keluar gua melambangkan proses pendidikan (paideia). Ini adalah perjalanan yang sulit dan tidak nyaman, menuntut keberanian dan ketekunan. Cahaya matahari di luar gua melambangkan "Idea of the Good"---sumber tertinggi dari kebenaran, keindahan, dan keadilan, yang hanya dapat dicapai melalui episteme, yaitu pengetahuan sejati yang diperoleh lewat rasio dan refleksi mendalam.

Kembalinya orang yang tercerahkan ke gua melambangkan tanggung jawab filsuf atau pendidik untuk membimbing orang lain menuju kebenaran. Namun, respons para tawanan menunjukkan betapa sulitnya mengubah pandangan orang yang telah lama terbiasa dengan ilusi. Mereka mungkin menolak kebenaran karena rasa takut, ketidaknyamanan, atau karena ilusi telah menjadi identitas mereka. Ini menyoroti tantangan dalam pendidikan, di mana seseorang yang telah melihat kebenaran seringkali harus menghadapi resistensi dari mereka yang masih nyaman dalam ketidaktahuan.

Alegori Goa (sumber: Modul dosen Prof Apollo)
Alegori Goa (sumber: Modul dosen Prof Apollo)
Garis Terbagi: Tingkatan Pengetahuan

Untuk lebih mengelaborasi perbedaan antara doxa dan episteme, Plato memperkenalkan konsep Garis Terbagi. Ini adalah model hirarkis yang membagi seluruh spektrum realitas dan pengetahuan menjadi empat tingkatan, dipisahkan oleh garis imajiner.

1. Dunia Sensibel (Doxa): Wilayah Opini dan Ilusi

Bagian bawah garis mewakili Dunia Sensibel (Doxa), atau dunia opini. Ini adalah dunia yang kita alami melalui indra kita, yang bersifat sementara, tidak sempurna, dan seringkali menipu.

a. Eikasia (Ilusi/Persepsi Palsu): Ini adalah tingkatan terendah, setara dengan bayangan di dinding gua. Pada tingkat ini, individu hanya memiliki bayangan atau ilusi tentang realitas. Pengetahuan mereka didasarkan pada persepsi yang tidak kritis, rumor, dan informasi yang tidak terverifikasi. Contoh yang relevan saat ini adalah "informasi media yang tanpa filter kritis." Individu yang berada pada tingkat Eikasia menerima apa pun yang mereka dengar atau lihat tanpa mempertanyakan kebenarannya, terjebak dalam penampilan semata. Mereka mungkin mengikuti tren tanpa memahami substansinya, atau percaya pada desas-desus yang tidak berdasar.

b. Pistis (Keyakinan): Tingkatan ini lebih tinggi dari Eikasia, setara dengan melihat objek-objek fisik di dalam gua (seperti patung yang dibawa di depan api). Pada Pistis, seseorang memiliki keyakinan terhadap objek nyata yang ada di dunia fisik, seperti pohon, meja, atau manusia. Mereka percaya pada keberadaan dan realitas hal-hal ini, tetapi pemahaman mereka masih dangkal. Mereka belum mampu memahami makna yang lebih dalam, esensi, atau Ide di balik objek-objek tersebut. Misalnya, mereka mungkin tahu apa itu "keadilan" dari contoh-contoh spesifik, tetapi tidak memahami esensi keadilan itu sendiri secara universal. Mereka menerima fakta tanpa analisis kritis yang mendalam.

2. Dunia Intelligibel (Episteme): Wilayah Pengetahuan Sejati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun