Aku hidup dalam banyak nama,
Bukan karena tak tahu siapa diri ini,
tapi karena dunia terlalu kaku untuk satu bentuk yang rapuh.
Setiap tatap pertama, aku berubah.
Bukan berpura-pura, tapi menyesuaikan luka.
Kepada mereka yang menjadikanku ada di dunia,
aku adalah si bisu yang tenggelam dalam sunyi,
menjaga cerita agar tak keluar
agar mereka tak perlu ikut patah.
Lalu kepada mereka yang menyebutku teman,
aku bisa jadi apa saja.
kadang terlalu pendiam, kadang terlalu banyak bicara.
Setelah tertawa, sering kali aku menyesal---
atas cerita yang tak seharusnya kubuka.
Apakah aku sungguh ada
jika aku selalu berubah?
Atau aku hanya bayangan
yang tumbuh dari sorot mata orang lain?
Tapi bukankah itu juga bagian dari menjadi manusia?
Menjadi labirin, bukan garis lurus.
Menjadi gema, bukan satu suara.
Maka hari ini, meski belum paham siapa aku,
aku belajar memeluk versi yang muncul.
Yang terluka, yang diam, yang salah,
yang masih mencoba bertahan
di dunia yang terlalu keras untuk hati yang lembut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI