Relevansi Gangguan Berbahasa Akibat Screentime Berlebihan dengan Teori Psikolingustik
Pada bagian perspektif behaviorisme, kemampuan berbahasa pada anak ditentukan oleh seberapa banyak stimulus yang diterima oleh anak. Salah satu penyumbang besar stimulus bahasa pada anak ada komunikasi dengan orang di sekitarnya, seperti orang tua anak. Sedangkan, jika sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bersama ponsel atau gawai, mana interaksi antara anak dengan orang tua, yang menjadi stimulus terbesar dalam perkembangan bahasa anak, berkurang.
Dalam proses menerima hiburan dari ponsel melalui screentime, anak-anak mungkin mendapatkan stimulus berupa kemampuan menyimak. Namun, hal tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang kecil. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya yang disampaikan oleh Hartati (dalam Suharti, 2021), anak-anak melewati tahapan umpan balik, yang mana pada saat interaksi bersama gawai, tahapan ini tidak terjadi.
Kuntarto (2017) menjelaskan bahwa gangguan kemampuan berbahasa dapat terjadi secara motorik (ekspresif) dan sensorik (reseptif). Pada aspek motorik, anak bisa kehilangan kemampuan dalam penyampaian bahasa lisan dan tulis, yang mana kedua kemampuan bahasa tersebut termasuk ke dalam kemampuan bahasa aktif yang memerlukan stimulus dan praktik yang lebih besar. Jika anak lebih banyak berinteraksi dengan ponsel, maka anak akan mendapatkan stimulus yang lebih sedikit, sehingga dapat terjadi pengurangan kemampuan menulis dan berbicara yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya. Pada gangguan bahasa motorik lainnya, yakni gangguan motorik transkortial, anak lebih banyak menggunakan kata ganti dalam penguataraan lisan yang dipengaruhi oleh kurangnya stimulus pada penambahan perbendaharaan kosa kata pada anak.
Screentime dan penggunaan ponsel secara berlebihan juga bisa menyebabkan gangguan berbahasa seperti gaya bahasa abnormal. Pada anak-anak, sering kali terjadi gaya bahasa sisofrenik  prahalusinasi dan pascahalusinasi, yang ditandai dengan penambahan, pengurangan, atau pengulangan kata secara terus-menerus tanpa adanya peningkatan kemampuan berbahasa (Kuntarto, 2017). Kuntarto (2017) juga menjelaskan bahwa gaya bahasa maniakal, di mana anak bisa kehilangan fokus pada arah pembicaraan yang diakibatkan berlebihannya suatu minat pada anak-anak, sehingga anak tidak dapat bertahan lama pada suatu topik dan cenderung berubah-ubah.
Pengelolaan Screentime dan Alternatif Stimulasi Bahasa
Membatasi durasi screentime bagi anak-anak menjadi hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan perkembangan bahasa mereka. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mengurangi kesempatan anak untuk berinteraksi secara langsung dan aktif menggunakan bahasa dalam konteks sosial nyata. Pembatasan ini tidak hanya membantu menghindarkan anak dari risiko gangguan berbahasa, tetapi juga mendorong mereka untuk lebih terlibat dalam aktivitas yang merangsang kemampuan berbahasa secara alami.
Selain mengatur durasi penggunaan gawai, sangat diperlukan interaksi verbal langsung yang berkualitas antara anak dan orang tua maupun guru. Interaksi ini memberikan stimulasi bahasa yang lebih kaya dan bermakna, meliputi penggunaan kosa kata yang variatif, tata bahasa yang tepat, serta ekspresi emosional yang membantu anak memahami konteks komunikasi. Dialog dua arah ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan stimulasi pasif dari media digital yang seringkali satu arah dan kurang kontekstual.
Sebagai alternatif stimulasi bahasa yang efektif, orang tua dan pendidik dapat menerapkan kegiatan seperti membacakan cerita secara rutin, yang tidak hanya memperkaya kosa kata anak tetapi juga melatih kemampuan mendengar dan pemahaman bahasa. Komunikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari, seperti berbicara tentang aktivitas harian, menjawab pertanyaan anak, dan mendengarkan cerita dari mereka, menjadi cara alami untuk menumbuhkan kemampuan bahasa secara optimal. Dengan pengelolaan screentime yang tepat, perpaduan interaksi verbal langsung, dan stimulasi bahasa yang menyenangkan serta komunikatif, diharapkan fenomena gangguan berbahasa akibat screentime dapat diminimalisasi.
Referensi
Dewa, A. R., Rosyidin, H. R., & Jamaluddin, M. (2025). Efektivitas Modifikasi Perilaku dengan Teknik Token Ekonomi dalam Mengurangi Penggunaan Handphone Berlebih pada Anak. Jurnal Psikologi, 2(4).