Mohon tunggu...
Nazhira Putri Ghassani
Nazhira Putri Ghassani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Screentime Gawai dan Dampaknya pada Perkembangan Bahasa Anak

14 September 2025   19:10 Diperbarui: 14 September 2025   19:41 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Penggunaan gawai kini mencapai segala kalangan tanpa memandang usia, termasuk anak-anak. Yuris (2023) melalui penelitian di TK Manuntung di Kalimantan Timur mendapatkan hasil berupa 100 persen dari siswa TK tersebut mengenal dan memiliki gawai. Dari presentase tersebut, dapat diketahui bahwa anak-anak mendapatkan banyak akses untuk menggunakan gawai. Akan tetapi, jika penggunaan gawai tidak diikuti dengan pengawasan yang bijak, screentime (waktu layar) pada penggunaan gawai dapat membawa dampak buruk bagi anak, salah satunya dalam perkembangan bahasa anak.

Tren Penggunaan Gawai pada Anak-anak

Gawai seperti ponsel genggam memang sudah seakan menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Ponsel yang dulu penggunaannya terbatas hanya sebagai alat komunikasi, kini menjadi barang yang memiliki banyak fungsi termasuk sebagai fungsi hiburan. Rachmad (dalam Dewa, 2025) memaparkan bahwa anak-anak dapat menghabiskan waktu selama empat jam per hari yang kemudian termasuk dalam gejala adiksi.

Pada masa pandemi Covid-19, penggunaan gawai berupa ponsel pada anak-anak digunakan dalam ranah pendidikan atau belajar daring dan masih terdapat kontrol dari guru dan orang tua yang kuat, sehingga adiksi dapat teredusi. Hal tersebut juga terjadi dikarenakan kegiatan belajar-mengajar harus tetap dilakukan. Semua ranah pendidikan dan pekerjaan beralih pada metode daring yang memanfaatkan gawai sebagai media pertemuan digital.

Namun, ketika kegiatan belajar-mengajar mengalami transisi, kembali ke pertemuan luring, kebiasaan dalam pengguaan gawai masih ikut terbawa. Kecenderungan dalam penggunaan ponsel pada anak-anak masih pada dalam jangka waktu yang lama, walau di luar jam pembelajaran secara daring. Ponsel genggam yang awalnya menjadi sarana dalam belajar juga mengalami pergeseran fungsi menjadi media hiburan yang sering digunakan secara berlebihan dan di luar kontrol.

Bahkan, pada masa di mana gawai semakin lazim digunakan, banyak orang tua yang memberikan gawai untuk anak sebagai distraksi kegiatan. Banyak orang tua yang beralasan dengan memberikan gawai pada anak, maka anak tidak akan rewel, sehingga orang tua dapat melakukan pekerjaan pribadi.

Perspektif Psikolinguistik dalam Pemerolehan Bahasa pada Anak Usia Dini

Pada proses pemerolehan bahasa anak-anak, Martin dkk (2022) menjelaskan bahwa menggunakan metode sensor motorik tertentu, setiap anak memiliki pendekatan dan masa perkembangan yang berbeda-beda. Miller dan Chomsky (pada Suharti, 2021) menuliskan bahwa setiap anak sudah memiliki sebuah perangkat dalam otak yang berfungsi sebagai wadah untuk memahami dan memproduksi bahasa di sekitarnya. Tahapan pertama pemerolehan bahasa pada anak-anak dimulai pada penyerapan bahasa ibu atau native language.

Dalam Suharti (2021), Hartati memaparkan bahwa strategi pemerolehan bahasa meliputi tahap peniruan atau imitasi, produktivitas, umpan balik, dan operasi. Setiap strategi tersebut terjadi secara bertahap mengikuti usia dan pola tumbuh kembang dari anak. Suharti (2021) juga memaparkan bahwa kemampuan berbahasa anak harus mendapatkan stimulus yang bersumber dari sensor dan motoris berdasarkan apa yang anak dengar, lihat, dan sentuh untuk menjelaskan benda, peristiwa, dan keadaan sekitar anak yang mereka alami.

Sepanjang perkembangan usia, perbendaharaan kosa kata anak akan semakin meningkat. Kemampuan berbahasa juga terdapat beberapa, yakni membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Pada anak usia dini, keempat kemampuan berbahasa tersebut masih pada tahapan meraba atau masih tahapan dasar, yang di mana sangat bergantung pada pola komunikasi anak dengan orang tua dan seberapa banyak stimulus kemampuan berbahasa yang didapatkan oleh anak.

Melalui pandangan behavioristik (kebiasaan), dalam perkembangan bahasa anak melalui stimulus, anak hanya berfungsi sebagai media pasif yang bergantung pada seberapa banyak stimulus yang didapat (Kuntarto, 2017). B. F. Skinner (1957), seorang penggagas pandangan behavioristik, menyatakan bahwa kebiasaan dalam penyataan stimulus akan menguat jika dilakukan secara berulang dan berkala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun