Konsep askesis, yang berasal dari bahasa Yunani: áskēsis, yang berarti “latihan” atau “disiplin diri”. Askeses adalah metode latihan rohani dan mental yang digunakan oleh para filsuf Stoik untuk mencapai kebijaksanaan dan ketenangan batin.
Tujuan dari askesis adalah untuk melatih pikiran agar tetap tenang, rasional, dan bijak dalam menghadapi segala situasi hidup. Marcus Aurelius, sebagai seorang kaisar, mengimplementasikan askesis dalam kehidupan sehari-harinya untuk menjaga ketenangan batin meskipun harus menghadapi tekanan besar, perang, dan tanggung jawab yang berat.
Kutipan dari Marcus Aurelius:
“The mind must stand straight, not be held straight by others.”
(Pikiran harus berdiri tegak sendiri, bukan disanggah oleh hal-hal dari luar.)
1. Fortuna (Nasib / Hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan):
Fortuna mencakup segala sesuatu yang datang dari luar diri kita, seperti cuaca, penyakit, kematian, pendapat orang lain, posisi sosial, atau keberuntungan. Fortuna bersifat tidak pasti dan tidak dapat dikendalikan. Stoik mengajarkan kita untuk menerima hal-hal ini dengan tenang (acceptance), karena melawan atau menentang takdir hanya akan menambah penderitaan.
2. Virtue (Kebajikan / Hal-hal yang dapat kita kendalikan):
Virtue mencakup segala hal yang berasal dari dalam diri kita sendiri, seperti pikiran, sikap, pilihan moral, reaksi, dan tindakan. Virtue adalah inti dari kebahagiaan sejati. Marcus Aurelius menulis:
“You have power over your mind – not outside events.”
(Kamu memiliki kekuasaan atas pikiranmu – bukan atas peristiwa di luar dirimu.)
Penerapan Askesis:
1.Fortuna: Keputusan pimpinan, opini orang lain, dan hasil akhir promosi adalah hal yang berada di luar kendali kita. Ini mencerminkan Fortuna, yaitu faktor eksternal yang tidak bisa kita ubah.
2.Virtue: Sikap profesional, kerja keras, kejujuran, dan ketekunan adalah hal yang sepenuhnya berada dalam kendali kita. Ini adalah Virtue, yaitu kebajikan yang dapat kita kendalikan dan merupakan inti dari kebahagiaan sejati.
Kutipan dari Marcus Aurelius:
“Waste no more time arguing what a good man should be. Be one.”
(Jangan buang waktu berdebat tentang seperti apa orang baik itu. Jadilah orang baik.)