Mohon tunggu...
Naufal Rizqi Rabbani
Naufal Rizqi Rabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hanya seorang pemuda biasa, random, dan sederhana yang memiliki keinginan besar untuk menjadi laki-laki, anak, suami, bapak dan manusia yang baik. Ikhtiar untuk terus menjadi yang lebih baik. Punya banyak minat tapi kurang mendalaminya, seperti olahraga, menulis, novel, komik, fiksi ataupun nonfiksi, IT, desain, dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bisakah Sekularisme dan Islam Bekerjasama dalam dunia Akademik?

22 Mei 2025   11:58 Diperbarui: 22 Mei 2025   11:58 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: istockphoto.com)

Kegelisahan di Ruang Kelas

Bayangin gimana ada seorang mahasiswa Muslim yang berada di kelas studi Islam di sebuah universitas. Di satu sisi, dia tuh diajarkan untuk menganalisis Al-Qur’an dan sejarah Islam dengan pendekatan ilmiah yang objektif. Di sisi lain, ia pun ngerasa bahwa pendekatan tersebut seolah-olah buat menjauhkan dirinya dari nilai-nilai keimanan yang selama ini dia pegang teguh. Pertanyaannya, apakah pendekatan sekular dalam studi Islam benar-benar bertentangan dengan keimanan? Ataukah keduanya bisa berjalan beriringan?

Memahami Sekularisme dalam Konteks Akademik

Dalam pandangan Islam, sekularisme sering dianggap sebagai ide yang lahir dari ketidakpuasan terhadap prinsip-prinsip ilahi, terutama dalam sistem politik dan pendidikan (Nursyahidah et al., 2024). Yusuf Qardhawi, salah satu tokoh kontemporer, menyatakan bahwa sekularisme memisahkan urusan manusia dari urusan Tuhan, yang berpotensi menghilangkan nilai-nilai spiritual dari kehidupan publik (Djamil et al.,2024) . Pandangan ini sejalan dengan klaim bahwa Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual, tetapi juga tatanan sosial, ekonomi, dan hukum.

Dalam konteks akademik, sekularisme lebih merujuk kepada pendekatan metodologis yang menekankan pada analisis yang rasional dan objektif, tanpa campur tangan doktrin keagamaan. Pendekatan ini bertujuan buat memahami fenomena keagamaan secara ilmiah, bukan buat menafikan nilai-nilai spiritual. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendekatan sekular dalam studi Islam menimbulkan ketegangan bagi sebagian mahasiswa Muslim. Mereka merasa bahwa pendekatan ini mengabaikan aspek spiritual dan keimanan yang menjadi inti dari ajaran Islam. Namun, penting buat disadari nih dengan pendekatan ilmiah tidak bertujuan buat menggantikan keimanan, melainkan buat memperkaya pemahaman kita terhadap ajaran Islam melalui analisis yang mendalam, objektif serta kritis.

Tokoh-Tokoh yang Menjembatani Keduanya

Beberapa pemikir Muslim modern udah berupaya menjembatani antara pendekatan ilmiah dan keimanan. Fazlur Rahman misalnya, dikenal dengan gagasannya tentang pembaruan pemikiran Islam melalui pendekatan historis dan kontekstual terhadap Al-Qur’an. Ia percaya bahwa pendekatan ilmiah bisa banget buat ngebantu umat Islam memahami ajaran agama secara lebih relevan dengan konteks di zaman saat ini.

Sama pula halnya, Mohammed Arkoun yang mengusulkan pendekatan kritis terhadap tradisi Islam dengan memanfaatkan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Ia berpendapat bahwa pendekatan ini dapat membuka ruang dialog yang lebih luas dalam memahami Islam secara komprehensif.

Nasr Hamid Abu Zayd juga ngasih penekanan pentingnya hermeneutika dalam memahami teks-teks keagamaan. Ia percaya bahwa pendekatan ini memungkinkan interpretasi yang lebih dinamis dan kontekstual terhadap ajaran Islam, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai keimanan.

Menuju Sinergi antara Sekularisme dan Islam

Mending daripada melihat sekularisme sebagai ancaman, kita bisa nih memandangnya sebagai alat bantu buat memperdalam pemahaman kita terhadap Islam. Pendekatan ilmiah dapat membantu kita menggali makna ajaran Islam secara lebih mendalam, sementara keimanan kita dipake buat memberikan landasan moral dan spiritual dalam proses tersebut. Jadi seperti menjadi pembatas buat pemikiran liar yang udah berlebihan dalam menganalisis apa apa yang ada pada agama. Dengan bekal nilai agama yang matang, tentu kita dapat menjaga diri kita dari pemikiran yang terlalu liar. Maka peran agama tetap menjadi yang terbesar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun