Mohon tunggu...
NATANAEL GALANG YOGA
NATANAEL GALANG YOGA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Tingkat III ( Taruna Utama)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Duty of Youth is to Challenge Corruption

23 September 2022   14:47 Diperbarui: 23 September 2022   14:47 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam menantang dan melawan korupsi, para Taruna yang nanti akan menjadi ASN terdapat ukuran integritas yang dapat diwujudkan dengan tidak adanya pertentangan antara hati dan upacannya melalui pengukuran konsistensi kejujuran yang terdapat pada integritas pribadi yaitu:

  • Rendah
  • Indikator rendah dinilai dari dimana seseorang tersebut jujur dalam mengikuti nurani yang selalu mengarahkan pada kebaikan dan kebenaran yang tidak ada paksaan atau intervensi
  • Sedang
  • Indikator sedang dilihat dari kosisten jujur mengikuti nurani walaupun godaan untuk melakukan korupsi terus dating
  • Tinggi
  • Indikator ini dilihat dimana seseorang berani untuk konsisten dan teguh dalam pendiriannya agar jujur mengikuti nurani walaupun terdapat resiko yang menanti.

Ketika telah mengetahui seberapa jauh nilai integritas kita, maka kita dapat mengetahui kesanggupan kita sudah sejauh mana untuk tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. 

Dalam melawan korupsi para Taruna dan ASN harus berani menjadi garda terdepan yang memiliki idealisme yang kuat untuk terus memegang teguh prinsip anti korupsi. Hal yang paling sederhana adalah dengan melaporkan ketika ada praktik korupsi yang terjadi di sebuah satuan kerja, karena salah satu aspek mengapa korupsi merajai segala lini aspek birokrasi karena minimnya exposure untuk mengungkapkan sebuah praktik korupsi.

Taruna yang pada saat ini terus berproses untuk kelak menjadi pemimpin bangsa harus mau berkaca dan belajar dengan bangsa lain yang telah berhasil mempersempit ruang korupsi di negaranya. 

Sebagai contoh Negara China, dimana negara ini sadar akan korupsi yang telah ada selama ratusan tahun. Pemerintah China berupaya keras untuk memberantasnya karena pada saat itu "1% penduduk China memiliki 40% kemakmuran, dimana sebagian adalah hasil korupsi" upaya Negara China dalam memberantas korupsi mengalami era emas dimana perdana menteri China Zhu Rongji yang sangat terkenal sebagai penyelamat uang rakyat. 

Ucapan Zhu Rongji yang fenomenal adalah "Beri saya seribu peti mati. Sembilan puluh sembilan akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor dan satu untuk saya kalau saya melakukan tindak pidana korupsi." Menjadi pejabat di China juga selalu diawasi oleh laporan kekayaan, sehingga pejabat di negara ini memiliki aturan wajib, dimana pejabat tidak boleh hidup mewah hal ini sejalan bahwa sejatinya dalam memerangi, menentang, dan melawan korupsi para kader pemasyarakatan, yaitu Taruna Poltekip harus sudah dibiasakan untuk berani transparan dan memilih untuk hidup sederhana.

Terakhir hal yang perlu dilakukan untuk melawan korupsi adalah untuk tidak membenarkan hal yang tidak benar dan tidak membiasakan hal yang seharusnya tidak biasa, karena di lapangan nanti banyak sekali rendahnya moral kesadaran para Aparatur Sipil Negara. Korupsi dianggap seperti hal yang biasa tanpa disadari. Justru saat kita tidak melakukannya, maka akan dianggap sebagai hal yang aneh atau terkesan melawan arus. Maka dari itu kesadaran untuk memperkecil ruang gerak korupsi sejatinya ada para diri sendiri agar korupsi dapat terkikis dari negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun