Mohon tunggu...
Natasha Puspa Faradilla
Natasha Puspa Faradilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43221010115 - Dosen Apollo, Prof.Dr, M.Si.Ak - Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi - Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi - Universitas Mercu Buana - Akuntansi S1

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

A-403; TB2_Pencegahan Korupsi, dan Kejahatan melalui Pendekatan Pendidikan Paideia ala Plato

13 November 2022   00:08 Diperbarui: 13 November 2022   00:08 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan Paideia menurut Plato adalah yang awalnya pembentukan moral, baru kemudian pembentukan intelektualnya. Pendidikan tersebut dilakukan dengan cara yang pertama, membentuk terlebih dahulu seorang anak, lalu kemudian membentuk intelektualnya.

Menurut Plato, kurikulum Pendidikan untuk membentuk moral seorang anak. Dengan membentuk moral seorang anak maka anak tersebut akan memiliki sebuah kebiasaan yang dikehendaki. Terdiri dari music (olah rasa bagi jiwa) yang dapat berupa segala bentuk karya sastra seperti puisi, ragam mitor, dan narasi tentang berbagai hal termasuk tentang yang illahi. Dan gimnastik (olah fisik bagi tubuh) yang dapat berupa olah raga atau lain sebagainya. Namun gimnastik yang dimaksud Plato bukan hanya olahraga namun juga ada praktik ekspedisi tempur serta pemilihan makanan dan minuman yang tepat yang ditujukan untuk jiwa seorang anak.

Pendidikan menurut Plato bukan Teknik atau ilmu baru melainkan jiwa. Oleh karena itu pertama yang perlu di pahami adalah jiwa manusia itu sendiri. Sehingga dengan memahami jiwa manusia, kurikulum Pendidikan tersebut akan dapat dijalankan. Tiga pengandaian dasar Pendidikan menurut Plato :
1.Plato melihat jiwa manusia terutama anak-anak, masih sangat mudah dibentuk.
2.Jiwa anak muda itu akan dibentuk dengan cara khusus. Jadi Pendidikan hanya mengarahkan jiwa tersebut ke arah yang benar.
3.Pendidikan pada usia dini pertama-tama merupakan Pendidikan karakter.

Jadi menurut Plato daripada hanya sekedar membuat anak memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Tugas pendidik yang terpenting adalah "mengarahkan Hasrat" anak didik dengan tepat sehingga Hasrat di tingkat nafsu, ego, dan rasa bangga diri serta Hasrat intelektulanya akan terarah ke kebaikan.


Lalu menurut Plato tujuan Pendidikan adalah menciptakan manusia yang adil dan benar, manusia yang indah, elok, dan baik. Manusia yang elok dan baik harus memiliki keutamaan keugaharian, keberanian, dan kebijaksanaan lalu kemudian manusia tersebut disebut sebagai manusia yang adil. Plato membagi tiga jiwa manusia :
1.Epithumia (perut ke bawah) : nafsu makan, minum, dan sex  ataupun uang yang sifatnya tak terbatas. Disimbolkan dengan kuda hitam. Keutamannya adalah keugaharian (sophrosune)
2.Thumos (dada) : Hasrat bangga diri. Disimbolkan dengan kuda putih. Keutamaannya adalah keberanian (andreia).
3.Rasio (kepala) : rasional artinya tahu batas untuk kebaikan. Disimbolkan dengan sais; manusia. Keutamaannya adalah kebijaksanaan (Sophia).

dokpri. Alegori Kereta Kuda
dokpri. Alegori Kereta Kuda
Dalam karya dialog-nya yang berjudul Phaedrus (246a-254e) (ditulis 360 SM), Plato mengajukan sebuah alegori (metafora) tentang kereta perang yang ditarik dua ekor kuda bersayap, yang dikendalikan oleh seorang kusir sebagai petarung.


Satu kuda hitam disebelah kiri yang melambangkan emosi dan perasaan manusia yang liar. Dan satu kuda putih disebelah kanan yang melambangkan keberanian, heroism, semangat dan moralitas. Lalu sang kusir melambangkan akal manusia yang harus mengendalikan kedua ekor kudanya, terutama jika ia gagal mengendalikan kuda hitamnya maka akan jatuh ke kegelapan.

Bagi Plato, hanya mereka yang dapat mengendalikan perasaan dan emosinya dengan akal dan akal yang mengalami pencerahan. Bagi Plato, perasaan dan emosi manusia sangat buruk, selalu menghalangi aktivitas akal dan menutup pintu menuju dunia pencerahan. Jadi, semakin kita rasional dan bernalar, semakin agung diri kita, dan pintu gerbang pencerahan terbuka lebar untuk kita.

Apa yang dimaksud dengan kejahatan dan kejahatan korupsi?

Kejahatan sering didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar aturan hukum dan seseorang dapat dihukum. Tindak pidana terjadi ketika seseorang secara langsung atau tidak langsung melanggar hukum atau terlibat dalam beberapa bentuk kelalaian yang dapat menyebabkan hukuman. Dari perspektif hukum ini, aktivitas kriminal terlihat aktif dan orang melakukan kejahatan. Tapi sebenarnya "tidak bertindak" bisa menjadi semacam kejahatan.   Ada juga sudut pandang moral :
1. mens rea (niat untuk melakukan tindakan)  
2. actus reus (tindakan yang dilakukan tanpa dipaksa oleh orang lain)

Menurut Emile Durkheim, penjelasan perilaku manusia (khususnya perilaku buruk manusia) terletak pada kelompok dan organisasi sosial daripada individu. Dalam konteks ini, Durkheim memperkenalkan istilah anomie (runtuhnya tatanan sosial karena hilangnya norma dan nilai).  

Menurut Durkheim, faktor yang sama bekerja di kedua sisi. Bukan jumlah yang menyebabkan ini, itu adalah perubahan mendadak. Orang yang tiba-tiba bermimpi cenderung menjadi lebih kaya dari yang mereka kira, percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun