Â
 LATAR BELAKANG
   Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. atau yang lebih akrab disapa dengan Mohammad Yamin merupakan seorang sastrawan, sejarawan, budayawan, sekaligus politikus yang memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia. Mohammad Yamin tergabung dalam panitia sembilan yang turut merumuskan dasar negara dan konstitusi Indonesia.
   Lahir di Talawi, Salahlunto, 24 Agustus 1903, Mohammad Yamin merupakan putra pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah. Ayah Muhammad Yamin adalah Oesman Bagindo Khatib, Mantri Kopi (koffeiepakhuismeerster) di Talawi juga Kepala Adat di Minangkabau.
   Sedari kecil, oleh orang tuanya, Mohammad Yamin telah diberi pendidikan adat dan agama yang cukup kuat. Di zaman penjajahan, ia termasuk segelintir orang yang beruntung karena dapat menikmati pendidikan menengah dan tinggi. Lewat pendidikan itulah, ia sempat menyerap kesusastraan asing, khususnya kesusastraan Belanda. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tradisi sastra Belanda diserapnya sebagai seorang intelektual sehingga ia tidak menyerap mentah-mentah apa yang didapatnya itu. Dia menerima konsep sastra Barat, dan memadukannya dengan gagasan budaya yang nasionalis.
   Lahir sebagai sosok yang berkecukupan, Mohammad Yamin menempuh pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang. Tak hanya sampai disitu, ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Algemeene Middelbare School (AMS) Surakarta (Solo). Di AMS Surakarta, ia mulai mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei.Â
  Studinya di AMS Surakarta ini sebetulnya ia persiapkan untuk dapat melanjutkan studi serta mempelajari kesusastraan Timur di Universitas Leiden, Belanda. Namun apa boleh buat, sebelum keberangkatannya ke Belanda, Ayahnya, Oesman Bagindo Khatib, meninggal dunia. Hal tersebut membuat Mohammad Yamin mengurungkan niat untuk pergi ke Belanda.
   Ia kemudian melanjutkan perjalanannya dengan berkuliah di Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi Fakultas Hukum Universitas Indonesia), lalu berhasil memperoleh gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) pada tahun 1932.
ORGANISASIÂ
   Seperti pemuda-pemuda terpelajar yang hidup pada zaman kolonial Belanda, Yamin juga aktif berorganisasi. Tahun 1926—1942, ia menjadi Ketua Jong Sumatra Bond dan Ketua Indonesia Muda (1928). Yamin hampir tidak pernah meninggalkan aktivitasnya dalam organisasi politik kebangsaan. Pada tahun 1938 hingga 1942, Yamin juga tercatat sebagai anggota Partindo, yang merangkap sebagai anggota Volksraad.Â
   Peran Mohammad Yamin terlihat pada Kongres Pemuda II. Ia termasuk tokoh yang turut merumuskan sumpah pemuda.  Sumpah pemuda sendiri merupakan sebuah titik balik dari perjuangan para pemuda Indonesia kala itu dalam memperoleh kemerdekaan.
POLITIK
   Dalam melanjutkan kontribusinya untuk Indonesia, Mohammad Yamin menjadi bagian dari Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan. Bersama delapan orang lainnya yaitu Ir.Soekarno, Drs Mohammad Hatta, Achmad Soebarjo, A.A Maramis, Abdul Kahar Muzakir, K.H Wachid Hasyim, H. Agus Salim, serta Abikusno Tjokrosuroso, Mohammad Yamin tergabung sebagai anggota dari panitia sembilan.Â
   Adapun tugas Panitia Sembilan yakni menampung masukan yang berkaitan dengan perumusan dasar negara dan menyusun dasar negara berdasarkan pandangan umum para anggota. Panitia Sembilan menghasilkan sebuah dokumen yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Piagam Jakarta berisi rumusan Mukadimah Undang-Undang Dasar atau preambule.
  Selain Soekarno dan Soepomo, Mohammad Yamin, pada sidang BPUPKI (29 Mei 1945) juga turut memaparkan gagasannya mengenai rumusan dasar negara.Â
   Berikut ialah usulan Rumusan dasar negara yang diajukan Mohammad Yamin :
•Peri Kebangsaan
•Peri Kemanusiaan
•Peri Ketuhanan
•Peri Kerakyatan
•Kesejahteraan Rakyat
Pada masa pendudukan Jepang, Muhammad Yamin menjadi penasihat penerangan sekaligus anggota Dewan Penasehat Poetera. Tahun 1946 Yamin menciptakan Panca Dharma Corps Polisi Militer. Yamin juga merupakan penasihat negara dalam Konferensi Meja Bundar, tahun 1949, di Den Hagg.
PASCA KEMERDEKAAN
Setelah masa kemerdekaan Indonesia, Muhammad Yamin pernah menduduki berbagai jabatan pemerintahan, salah satunya adalah Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (1953-1955), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas LKBN Antara (1961-1962).
Muhammad Yamin wafat pada 17 Oktober 1962. Pemerintah menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 1973 berdasarkan Keputusan Presiden No 088/TK/TH 1973.
Referensi :Â
1. Â Nurdyansa, (6 September 2025) : Biografi Muhammad Yamin, Kisah Sastrawan dan Pahlawan Nasional Indonesia.
2. Wikipedia : Mohammad Yamin - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasÂ
3. Calista, (19 September 2025) : Biografi dan Profil Lengkap Mohammad Yamin – Pahlawan Nasional Indonesia
4. Isnanto, (29 Mei 2025) :Â Profil Muhammad Yamin, Tokoh di Balik Lahirnya Pancasila Asal Sumbar
5. Ensiklopedia Kemendikbud : Muhammad Yamin
6. Pangestuti, Ningsih, (08 Mei 2024) :Â Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya
7. Ningsih, (18 September 2024) : Panitia Sembilan: Proses Pembentukan, Anggota, Tugas, dan Hasilnya
8. Anwar, (24 Oktober 2024) : Peran Moh Yamin dalam Kemerdekaan Indonesia & Sumpah Pemuda
9. Rachmasari, (04 Agustus 2023) : 5 Rumusan dasar negara dari Moh Yamin
10. Muhtar, (17 Oktober 2024) : Mengenal Sosok Mohammad Yamin dan Perannya dalam Sumpah Pemuda
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI