Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisahku (Bagian 1)

17 April 2020   08:19 Diperbarui: 17 April 2020   08:31 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah seorang anak petani yang tinggal di daerah pendesaan. Keluarga besarku semuanya lahir di desa, pada saat itu aku memang benar -- benar menikmati di kehidupan desa yang mana setiap hari aku ke kebun dan ke sawah. Dan sore harinya aku bermain dengan teman -- teman yang mana mereka semua masih keluarga besarku.

Jujur aku tidak tahu dengan dunia luar, maklum ayahku hanya seorang petani dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Jadi aku, karena masih kecil mungkin benar -- benar tidak kenal dengan dunia luar dan benar -- benar menikmati masa kecil atau Bahasa kerennya polos.

Aku sekolah di desa dan semua teman -- temanku orang desa. Dan mereka semua baik -- baik. Saat aku sekolah waktu itu aku tidak berpikir tentang jadi apa nanti tapi yang pasti aku senang pergi ke sekolah. Karena bisa bermain dengan teman -- teman dan di berikan uang jajan. Karena ayah dan ibuku tidak kasih jajan jika tidak ke sekolah.

Aku masih ingat  dengan teman -- temanku dulu bahwa kami sama -- sama membuat lapangan bola mini. Lapangan bola ini untuk latihan bola dan pertandingan antar desa dengan anak -- anak yang lain. Pertandingan bola mini hanya sebagai pertandingan persahabatan. Jadi jika kami bermain di desa lain kami akan diberikan air dan kue begitu juga sebaliknya jika tim desa lain bermain di desa kami, kami akan sediakan air dan kue. Terkesan sudah professional padahal masih anak -- anak akan tetapi kami sangat senang dan bahagia saja. Walaupun tim menang dan kalah tidak berpengaruh.

Saat Sekolah Dasar aku juga senang main perang -- perangan. Permainan ini untuk mengantisipasi jika terjadi perang, pikirku saat itu. Senjatanya terbuat dari kayu atau pelepah rumbiah. Model senjatanya di modifikasi sehingga terlihat seperti aslinya. Permainan perang -- perangan ini dibagi menjadi dua tim dan satu tim ada satu komandan. Biasanya bermain di daerah semak -- semak atau daerah persawahan. Aku sangan senang dengan permainan ini karena pikirku jika kena tembak "DORR"langsung mati.

Aku selalu menemani ibu untuk pergi ke kebun. Kebunnya bukan punya ibuku tapi punya nenek. Jadi, sebelum sampai ke kebun kami harus menyeberangin "suak" artinya sejenis parit tapi lumayan panjang dan luas tapi lebih kecil dari sungai. Jembatan suak ini hanya pohon kelapa yang di tebang. Jadi jika kami menyeberang sudah pasti sebagian kaki kami tergenang, biasanya sampai lutu tapi jika banjir atau hujan deras kadang -- kadang sampai pinggang.

Ibuku biasanya selalu pegang aku, maklum aku kan masih kecil dan kurus sangat mudah terbawah oleh arus air. Biasanya ke kebun kami mencari buah kelapa jatuh dan sayuran serta kadang -- kadang juga bisa mencari udang dan ikan jika air suaknya surut. Aku senang kali jika pergi ke kebun karena aku bisa mandi suak, ya walaupun airnya jorok kata orang karena tempat mandinya kerbau. Tapi aku menikmati saja mandi di Suak.

Sehari -  hari aku banyak menghabiskan waktu dengan Ayah, biasanya jika dengan ibuku aku hanya di ajak ke kebun itu hanya satu kali seminggu. Biasanya kalau dengan ibu banyak di rumah. Dengan Ayahku aku menghabiskan di sawah dan kebun. Jadi, Ayah aku ini kerjanya serba bisa. Beliau bisa menjadi tukang bangunan, petani sawah, petani deres karet dan berkebun  serta juga berdagang. Kata ibuku Ayahku ini dulu juga seorang kenek mobil angkut pasir. Tapi saat aku sudah lahir Ayahku berhenti, beliau fokus berkebun dan bersawah serta berdagang.

Kalau sudah musim ke sawah Ayahku sudah menyiapkan segalanya mulai kenduri turun ke sawah sampai semua cangkulnya sudah di asah. Aku senang kali pergi ke sawah, selain bisa bantu Ayah aku juga bisa mencari kodok untuk mancing atau mencari ikan kecil. Bagiku jika ke sawah senamgnya tidak bisa dibilang pakai kata -- kata, sebab benar -- benar senang.

Setelah selesai musim tanam padi atau sawahnya sudah mulai menghijau, Ayahku pergi ke kebun, sudah pasti aku di ajak lagi. Aku senang juga ke kebun membantu Ayahku. Beliau biasanya banyak cerita tentang perang Belanda, tentang saudara, bagaimana menanam sayur yang bagus.banyaklah cerita beliau. Biasanya dalam cerita, beliau sering menasehatiku. Pada bagian ini yang aku suka  sehingga biasanya aku sering bertanya. Contoh nasehat yang aku masih ingat adalah aku di suruh pergi ke sekolah dan tetap bertani. Aku Tanya untuk apa ke sekolah kalau hanya menjadi petani?. Kata beliau kamu ke sekolah supaya tidak mudah ditipu sama orang. Itu saja Ayah kataku. Lalu beliau bilang iya.

Biasanya aku dengan Ayah pergi ke kebun sore jika hari aku ke sekolah dan bisa pagi sampai sore jika hari minggu. Aku senang kalau pergi ke kebun soalnya di kebun aku bisa menghayal tinggi sebab anginnya di kebun sepoi -- sepoi.

Bersambuing ke bagian 2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun