Kamipun berkeliling sampai akhirnya menemukan tempat makan yang sudah relatif sepi, kemudian menikmati hidangan malam sambil ngobrol ke sana ke mari. Jauhnya perjalanan yang kami tempuh seharian serasa sama sekali tak membuat kami merasa lelah. Setelah tiga tahun lamanya, hatiku kembali merasa begitu bahagia malam itu apalagi ekspresi yang sama terpancar merona dari wajah manisnya yang tak henti tersenyum bahagia.Â
Seiring malam yang kian larut, syahdunya suasana menghanyutkan dua insan ke dalam buaian rasa yang tak terungkapkan, hingga  menyerah pada getaran jiwa yang saling merajuk manja. Hawa dingin kota tak henti tersenyum menyaksikan bertautnya jiwa raga seorang wanita muda yang begitu lama didera dahaga penantian dengan seorang lelaki tua yang kembali bersemi setelah beberapa lama layu dan hampir mengering sia-sia.
Tanpa terasa tiga kali hari berganti malam, dua jiwa tak berdaya tersesat dalam gemuruh cinta, memilin asa berbalut rasa menjadi rajutan bahtera kasih hingga akhir usia. Hanya seminggu sejak pertama bertemu, sebuah keluarga baru telah terikat janji, dan siap menatap hari-hari depan dengan berjuta harapan.
Saat menemukan cinta, usia hanyalah sebuah angka. Kekuatan cinta membuat jiwa yang hampir mati kembali berseri, membangkitkan gairah yang lunglai dan lemah kembali tegak berdiri gagah dan serpihan-serpihan jiwa yang patah kembali menyatu dan /siap melangkah, sebab ternyata bukan usia yang menjamin kehidupan bermakna, melainkan seberapa besar semangat dan harapan menyala dalam jiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI