“Oh.. ini istri yang baru? Kok nggak bilang-bilang?” sahut profesor bercanda.
“Profesor kan nggak nanya” Sahut wanita yang aku bahkan belum tahu namanya itu.
“Disertasinya sudah selesai. Tinggal revisi sedikit kemarin. Kalau sudah diperbaiki saya tanda tangani onlie saja” sahut prof. Rahmat.
“Baik prof. nanti saya kirimkan online”, jawab perempuan mudah itu dengan raut Bahagia.
“Terima kasih prof. Hati-hati di jalan”, ucapku menutup pembicaraan.
“Nah beres, kan?”, ucapku.
“Kalau saya kan nggak berani telepon langsung, kuatir mengganggu”, dalihnya. Akupun mencoba menelpon promotor dua, tetapi sayang sekali beberapa kali tidak tersambung.
“Beliau memang agak sulit ditelepon” ucapnya.
“Yang penting sudah beres satu, kan? Satunya pasti lebih mudah” jelasku dan sejenak kami saling diam menikmati makanan, hingga tiba-tiba dia kembali membuka pembicaraan.
“Maaf, memangnya istri bapak….”, tanyanya terputus.
“Sudah di sana…”, seketika tercekik kerongkonganku untuk menjawabnya, diapun mengangguk paham maksudku.