“Tapi papah harus terus sehat”, rengek anak-anakku.
“Pasti. Papah akan selalu sehat” sahutku sambil memeluk mereka satu-persatu.
Menikah lagi memang bener-benar tak pernah terlintas di pikiranku. Aku merasa tidak membutuhkan istri lagi. Aku merasa kisah hidupku sudah usai, hidup benar-benar sudah selesai semenjak mamanya anak-anakku pergi.
Sebenarnya banyak perempuan mendekat padaku, tetapi sepertinya ketertarikanku pada perempuan sudah sirna. Bahkan rasanya gairahku turut hanyut terbawa pergi bersama wanita yang telah memberiku empat anak-anak yang kini menginjak remaja bahkan beranjak dewasa.
Aku mulau berfikir, sepertinya di usia di atas 52 ini aku memang sedang memasuki masa tua. Salah satu tanda yang paling jelas aku rasakan adalah aku kehilangan rasa tertarik pada wanita, meski di saat yang sama justeru banyak wanita membuka hati untukku.
Ya, sejak istriku meninggal justeru banyak sekali perempuan memberi harapan padaku. Teman kuliah, adik kelas, bekas mahasiswa, orang-orang yang baru aku kenal, bahkan wanita yang dulu menolak cintaku, tiba-tiba menghubungiku seakan menjajagi kemungkinan menjadi pasangan hidupnya yang baru.
Belum lagi orang-orang yang oleh kerabat, teman dan kenalan sengaja diperkenalkan padaku sebagai alternatif pengganti istriku. Rasanya seperti bunga desa yang dikrubugi kumbang-kumbang yang berebut untuk menghisap madu. Padahal sebelum menikah dulu, aku merasa hanya bujangan yang tak laku-laku, tetapi setelah menduda justeru sebaliknya.
Sambil bercanda responku selalu sama, "Kenapa nggak sama yang muda aja? Sudah aki-aki bisa apa". Bila terpaksa harus menolak lebih tegas aku selalu bilang, “Nggak tahu ya, sepertinya aku nggak terpikir untuk menikah lagi”
Aku merasa tidak membutuhkan istri baru, sampai suatu ketika adik iparaku menggerutu di hadapan anak-anakku.“Papahmu sepertinya memang cinta mati sama mamahmu” ucap adik iparku setelah sekian kalinya gagal membujukku menikah dengan perempuan-perempuan yang disodorkannya padaku.
--***--
Entahlah, Setelah dua puluh satu tahun lebih menjalani pernikahan dengan almarhumah istriku, semua kesan tentangnya masih melekat kuat di sanubariku. Senyumnya, gerak tubuhnya, gaya bicaranya, cara marahnya, kemajaannya dan semua tentangnya masih terekam kuat di benakku.