Mohon tunggu...
Nasa Al Farisi
Nasa Al Farisi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi tidur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Epistemologi Nalar Irfani : Jejak Pengetahuan Batin dalam Tradisi Pemikiran Islam

8 Oktober 2025   16:16 Diperbarui: 9 Oktober 2025   19:19 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstrak

Epistemologi nalar irfani menempatkan pengalaman batin dan intuisi spiritual sebagai sumber pengetahuan yang melengkapi akal dan pengalaman empiris dalam tradisi pemikiran Islam. Artikel ini membahas definisi dan asal-usul konsep irfani, ciri-ciri metodologisnya seperti tazkiyah al-nafs, kasyf, serta penekanan pada kebersihan hati dan peran mursyid, kemudian membandingkan nalar irfani dengan nalar bayani dan burhani. Berdasarkan kajian literatur dan analisis terhadap tradisi tasawuf serta pemikiran tokoh-tokoh seperti Al-Ghazali, Suhrawardi, dan Ibnu Arabi, tulisan ini menunjukkan bahwa nalar irfani tidak meniadakan rasio maupun dalil tekstual, tetapi memperkaya kedalaman pemahaman dengan dimensi simbolik, etis, dan transformatif. Secara teoritis, pendekatan ini memperluas cara pandang terhadap pengetahuan dengan mengakui makrifat sebagai bagian dari pencarian kebenaran. Secara praktis, nalar irfani dapat diterapkan dalam pendidikan Islam dan pembinaan spiritual, asalkan tetap berada dalam bimbingan yang benar agar pengalaman batin tidak menyimpang dari ajaran agama.

Kata kunci: nalar irfani, epistemologi, tasawuf, makrifat.


Abstract

The epistemology of nalar irfani emphasizes inner experience and spiritual intuition as sources of knowledge that complement reason and empirical observation in the Islamic intellectual tradition. This article discusses the definition and origins of the irfani concept, its methodological characteristics such as tazkiyah al-nafs, kasyf, the purification of the heart, and the role of the mursyid (spiritual guide), as well as a comparison with nalar bayani and nalar burhani. Through literature review and analysis of Sufi traditions and the thoughts of scholars such as Al-Ghazali, Suhrawardi, and Ibn Arabi, the study reveals that nalar irfani does not reject reason or textual evidence but enriches understanding with symbolic, ethical, and transformative dimensions. Theoretically, this approach broadens the perspective of knowledge by recognizing ma‘rifah as an essential aspect of the search for truth. Practically, it can be applied in Islamic education and spiritual development, provided it is properly guided so that personal experiences remain aligned with religious teachings.

Keywords: nalar irfani, epistemology, Sufism, ma‘rifah.

Pendahuluan

Epistemologi nalar irfani adalah cara berpikir dalam Islam yang menekankan pentingnya pengalaman batin dan intuisi sebagai sumber pengetahuan. Dalam pandangan ini, seseorang bisa memahami kebenaran tidak hanya lewat logika dan pancaindra, tetapi juga melalui hati yang jernih dan pengalaman spiritual yang mendalam. Ajaran ini banyak ditemukan dalam tradisi tasawuf, di mana pengetahuan dianggap lahir dari hubungan yang dekat antara manusia dan Tuhan(Abshor, 2018).

Pendekatan irfani membantu kita melihat bahwa pengetahuan bukan hanya hasil dari berpikir secara rasional, tetapi juga dari proses penyucian diri dan kedekatan spiritual. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan modern yang cenderung rasional dan empiris, nalar irfani menawarkan cara pandang yang lebih seimbang antara akal, hati, dan pengalaman hidup. Artikel ini akan membahas apa itu nalar irfani, bagaimana cara kerjanya, serta bagaimana kedudukannya dibandingkan dengan nalar bayani dan burhani dalam tradisi keilmuan Islam(Abshor, 2018).

Pembahasan

1. Definisi dan asal-usul konsep

Kata irfani berasal dari bahasa Arab 'irfan, yang berarti pengetahuan atau pengenalan batin. Dalam pandangan Islam, terutama dalam tradisi tasawuf, irfan dipahami sebagai bentuk pengetahuan yang muncul dari pengalaman spiritual dan kesadaran diri yang mendalam. Pengetahuan ini tidak hanya didapat melalui berpikir atau belajar secara rasional, tetapi melalui pengalaman langsung yang melibatkan hati dan jiwa(Abshor, 2018).

Epistemologi nalar irfani menempatkan intuisi dan pencerahan batin sebagai jalan utama untuk mencapai kebenaran. Dalam pandangan ini, seseorang tidak hanya memahami sesuatu melalui logika atau bukti luar, tetapi juga lewat cahaya pengetahuan yang muncul dari dalam dirinya setelah melalui proses penyucian hati dan pengendalian diri(Abshor, 2018).

Tradisi berpikir irfani banyak berkembang dalam dunia sufi dan pemikiran filosof Islam klasik, seperti yang diajarkan oleh tokoh-tokoh seperti Al-Ghazali, Suhrawardi, dan Ibnu Arabi. Melalui ajaran mereka, irfani menjadi bagian penting dari cara umat Islam memahami hakikat Tuhan, alam semesta, dan manusia secara lebih mendalam dan menyeluruh(Abshor, 2018).

2. Ciri-ciri metodologis nalar irfani

Nalar irfani memiliki cara berpikir yang berbeda dari metode pengetahuan pada umumnya. Pertama, dalam pandangan ini, pengetahuan diperoleh melalui pengalaman batin yang muncul dari latihan spiritual seperti zikir, tafakur, dan penyucian diri. Proses ini disebut tazkiyah al-nafs, yaitu usaha untuk membersihkan jiwa agar layak menerima cahaya pengetahuan dari Tuhan. Dengan latihan spiritual yang konsisten, seseorang dapat mencapai kesadaran intuitif (ma'rifah) yang lebih tinggi dibandingkan pengetahuan rasional atau empiris(Abshor, 2018).

Kedua, pengetahuan yang lahir dari nalar irfani tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga membawa perubahan dalam kepribadian seseorang. Artinya, ilmu tersebut seharusnya tercermin dalam akhlak, perasaan, dan perilaku sehari-hari. Dalam pandangan irfani, pengetahuan sejati bukan sekadar memahami sesuatu, tetapi menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Tuhan(TASAWUF IRFANI: SEBUAH UPAYA PENCAPAIAN ILMU PENGETAHUAN MELALUI PENCERAHAN KALBU | Jurnal Pendidikan Kreatif, t.t.).

Selain itu, kebenaran dalam nalar irfani tidak diukur dari logika atau bukti fisik semata, melainkan dari kesesuaian antara pengalaman spiritual dan ajaran agama. Karena itu, peran seorang guru spiritual (mursyid) sangat penting untuk membimbing agar pengetahuan yang diperoleh tetap benar dan tidak menyimpang. Dalam pandangan sufi, mursyid menjadi penghubung antara pengalaman batin seorang murid dan kebenaran Ilahi (Farhan & Arafat, 2021).

Nalar irfani juga menekankan pentingnya kebersihan hati (tazkiyah al-qalb) sebagai syarat utama dalam mencari pengetahuan sejati. Hati yang bebas dari kesombongan, iri, dan cinta dunia akan menjadi wadah bagi cahaya Ilahi. Dalam ajaran tasawuf, hati dianggap sebagai tempat menerima pengetahuan langsung dari Tuhan, dan hanya orang yang menjaga kebersihan batinnya yang mampu merasakan pancaran makrifat(Jannah, 2021).

Metode irfani juga menekankan pengalaman langsung atau penyaksian batin (kasyf). Jenis pengetahuan ini tidak diperoleh melalui bahasa atau akal pikiran, tetapi melalui pengalaman spiritual yang diberikan langsung oleh Allah. Pengalaman tersebut dapat berupa ilham, inspirasi, atau intuisi yang menyingkap hakikat sejati di balik realitas yang tampak secara lahiriah(Farhan & Arafat, 2021).

Terakhir, nalar irfani memiliki sifat simbolik dan isyari (metaforis). Artinya, ia membuka peluang bagi pemahaman makna batin dari teks-teks keagamaan, terutama Al-Qur'an. Dalam pandangan ini, makna lahiriah hanya dianggap sebagai lapisan luar dari kebenaran yang lebih dalam. Melalui tafsir isyari, seorang arif dapat memahami pesan Ilahi dengan cara yang melampaui batas logika tekstual, namun tetap menghormati makna zahir yang terkandung di dalamnya(Azmin, 2023).

3. Perbandingan: Nalar Bayani, Burhani, dan Irfani

Dalam tradisi keilmuan Islam, dikenal tiga bentuk nalar utama, yaitu bayani, burhani, dan irfani. Nalar bayani menekankan penafsiran teks dan dalil-dalil agama sebagai sumber utama pengetahuan. Nalar burhani lebih mengandalkan akal dan logika rasional untuk membuktikan kebenaran. Sementara itu, nalar irfani menempatkan pengalaman batin dan intuisi spiritual sebagai sumber utama pengetahuan(Farabi dkk., 2021).

Ketiga pendekatan ini sebenarnya saling melengkapi. Nalar bayani menjaga keotentikan teks wahyu, nalar burhani memastikan pengetahuan tetap logis dan sistematis, sedangkan nalar irfani memperkaya pemahaman dengan dimensi spiritual yang mendalam. Dengan menggabungkan ketiganya, pemahaman terhadap ilmu dan agama bisa menjadi lebih utuh dan seimbang(Farabi dkk., 2021).

4. Implikasi teoritis dan praktis

Secara teoritis, nalar irfani memperluas cara pandang kita terhadap pengetahuan. Ia mengajarkan bahwa kebenaran tidak hanya ditemukan melalui penelitian dan logika, tetapi juga melalui pengalaman spiritual yang jujur dan mendalam. Hal ini menantang pandangan modern yang sering kali hanya menganggap valid pengetahuan yang bisa dibuktikan secara empiris(Hendrizal dkk., 2024).

Secara praktis, pendekatan irfani dapat diterapkan dalam pendidikan Islam, pengajaran akhlak, serta pembinaan spiritual. Dengan menggabungkan akal, hati, dan pengalaman batin, proses belajar tidak hanya menghasilkan kecerdasan intelektual, tetapi juga kedewasaan spiritual. Namun, perlu diingat bahwa pendekatan ini memerlukan bimbingan yang tepat, agar tidak terjebak pada pengalaman subjektif yang sulit diverifikasi(Hendrizal dkk., 2024).

Kesimpulan

Epistemologi nalar irfani menghadirkan cara pandang yang menempatkan hati dan pengalaman batin sebagai bagian penting dalam mencari kebenaran. Ia tidak menolak logika dan bukti empiris, tetapi melengkapinya dengan dimensi spiritual yang lebih dalam. Pendekatan ini menegaskan bahwa pengetahuan sejati bukan hanya hasil berpikir, melainkan juga hasil penyucian jiwa dan kedekatan dengan Tuhan.

Dengan memahami nalar irfani, kita diajak untuk melihat ilmu dan kehidupan secara lebih utuh, yaitu dengan menggabungkan rasio, pengalaman, dan spiritualitas. Ketika tiga jenis nalar dalam Islam (bayani, burhani, dan irfani) dapat digunakan secara seimbang, tradisi keilmuan Islam akan berkembang menjadi sistem pengetahuan yang tidak hanya cerdas secara akal, tetapi juga bijak secara hati.

Daftar Pustaka

Abshor, M. U. (2018). EPISTEMOLOGI IRFANI (Sebuah Tinjauan Kajian Tafsir Sufistik). Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir, 3(2), 249. https://doi.org/10.32505/tibyan.v3i2.649

Azmin, S. (2023). NALAR 'IRFANI DALAM PENAFSIRAN: STUDI TAFSIR SUFI 'ISYARI SAHL AL-TUSTARY. Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 11(2), 281--304. https://doi.org/10.21274/kontem.2023.11.2.281-304

Farabi, M. A., Tanjung, Z., & Irawan, R. (2021). EPISTEMOLOGI NALAR BAYANI, BURHANI DAN IRFANI DALAM PENGEMBANGAN STUDI ISLAM. Attaqwa: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 17(02), 225--235. https://doi.org/10.54069/attaqwa.v17i02.91

Farhan, I., & Arafat, A. T. (2021). Tasawuf, Irfani, dan Dialektika Pengetahuan Islam. Tasamuh: Jurnal Studi Islam, 13(2), 217--248. https://doi.org/10.47945/tasamuh.v13i2.420

Hendrizal, H., Beggy, M., Masduki, M., & Roza, E. (2024). Epistemologi Nalar Bayani, Burhani dan Irfani dalam Filsafat Pendidikan Islam. Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(01). https://doi.org/10.30868/im.v7i01.4998

Jannah, S. R. (2021). TASAWUF IRFANI: SEBUAH UPAYA PENCAPAIAN ILMU PENGETAHUAN MELALUI PENCERAHAN KALBU. Jurnal Pendidikan Kreatif, 2(2), 69--80. https://doi.org/10.24252/jpk.v2i2.31617

TASAWUF IRFANI: SEBUAH UPAYA PENCAPAIAN ILMU PENGETAHUAN MELALUI PENCERAHAN KALBU | Jurnal Pendidikan Kreatif. (t.t.). Diambil 8 Oktober 2025, dari https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpk/article/view/31617

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun