Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Blarak

14 September 2019   23:52 Diperbarui: 15 September 2019   00:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: infopublik.id

Tanya Kang Temon kepada Pak Kades yang sedari tadi sebagai pendengar. Namun Pak Kades tak menjawab pertanyaan Kan Temon. Hanya menatap Kang Temon sambil manggut-manggut. Kang Temon bartanya minta kepastian.

"Bagaimana, Pak?"

"Baiklah. Pak Temon boleh pulang," jawab wakil rakyat itu datar.

Setelah mengucapkan terimakasih dan berpamitan, segera Kang Temon meninggalkan balai desa untuk membawa pulang blaraknya.

Dalam perjalanan pulang, Kang Temon terbayang omelan isterinya bila tak segera dibuatkan sapu lidi. Kali ini Kang Temon akan membuat sapu lidi yang mahal harganya. Karena dibuat dengan blarak yang mahal. Paling tidak seharga kaca mobil dinas anggota dewan, mobil wakil rakyat. (*)

Lembah Tidar, September 2019

Catatan:

kesuh = kesal

sapu regel = sapu lidi yang sudah pendek karena aus

blarak = daun kelapa

apes = naas, sial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun