Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cosmos dan Chaos

24 Oktober 2020   10:03 Diperbarui: 24 Oktober 2020   10:20 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah dari intisari.grid.id

Sementara itu, Wining pun sudah mendoktrinnya untuk tidak mau dimadu. Ia harus bisa menggeser posisi Ratri. Ulah yang telah beberapa kali dilakukannya secara terang-terangan agar Ratri mengalah dengan sendirinya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun.

Peristiwa yang sudah sangat diharapkan oleh Wining karena ia akan segera menggantikan posisi Ratri sebagai permaisuri. Dalam hal ini, sejujurnya ia enggan berbagi. Maka, beberapa kali ia memang melontarkan teror halus, agar Ratri memahami sinyalnya, lalu mundur secara baik-baik.

"Sia-sia mencari uang? Bukankah uangmu kugunakan untuk membangun istana ini? Desainnya seleraku banget. Aku sangat suka. Terimakasih, suamiku,"ia pun memeluk Danang yang diam membeku.

"Andaikan tidak semewah ini, Kamu pun mau saja kan? Dulu semasa rezekiku belum berlimpah, kita tinggal di rumah lama tanpa AC, Kamu pun tidak mengeluh. Malah menghibur diri, bahwa tanpa AC justru keringatmu mudah keluar. Itu bagus untuk membuang racun dalam tubuhlah, membuka pori-pori yang tersumbat sehingga kulitmu awet sehat dan cantiklah, hormon endorfin yang menyulut rasa bahagia pun muncullah...

"Dulu Kamu suka dengan teknik pengalihan derita yang kulakukan agar selalu bahagia. Rasa sukamu memancar sebagai kebahagiaan dalam wujud  cinta yang berlimpah. Itu membuatku semakin merasakan bahagia bersamamu, apapun kondisimu. Saat itu aku merasa benar-benar dicintai dan mencintai." Ratri mengguman. Nyalinya menjadi ciut. Ia harus pasrah kepada tradisi patriarki yang dulu diyakininya tak akan sanggup mengguncang hati suaminya.

Percuma saja beberapa kali workshop ke negara kaum feminisme, jika akhirnya pulang tetap berpendirian patriarkis dengan dalih kelebihan rezeki. Perbedaannya, ia tak pernah tampak berfoto mesra dengan para wanita dari negara penganut feminisme tersebut. 

Apakah ia tahu risikonya? Toh, Wining bisa diakali. HighHeels dan cat rambut pirang ditambah operasi kelopak mata sudah bisa membuat Wining mirip dengan mereka. Bukannya Ratri tidak sanggup berdandan demikian, namun Wining telah keburu menyergap perhatian suaminya dengan dalih witing tresna jalaran saka kulina.

"Kini Kamu sesekali mencari-cari kesalahanku. Apa sih maksudmu?"

"Dengan cara-caramu yang selalu tampak bahagia begini, aku merasa Kamu tidak takut kehilangan aku." Ratri terkejut, ditatapnya kedua bola mata suaminya.

"Jika aku tidak takut kehilangan Kamu, tentu aku sudah selingkuh begitu melihatmu selingkuh dengan Wining."

"Tapi Kamu tidak berusaha mempertahankan aku...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun