"Kamu kan lagi terpesona dan ingin menikmati euforia tradisi patriarki setelah pelantikanmu sebagai direktur setahun lalu,"gerutu Ratri.
        "Atau...niat berpoligami itu sudah Kau munculkan seiring dengan tekatmu meraih prestasi? Berpoligami? Ow betapa senangnya. Terlebih tentu dapat Kau jalani dengan mulus di tradisi patriarki, kan?"lanjut Ratri mencurahkan yang mengendap di hatinya sejak beberapa bulan yang lalu.
        "Hmm...Semula ia mengunggah foto itu begitu saja tanpa seizinku. Tujuannya pun belum tentu untuk menyingkirkan Kamu. Bisa saja ia ingin pamer telah berhasil memacari direktur."
        "Lalu Kamu membiarkan saja, tanpa mengingat bagaimana hancur hatiku?"
        "Semula sudah kuingatkan sih. Tapi saat Kamu marah-marah, aku jadi kesal, lalu menyuruhnya mengunggah lagi dan lagi. Sekalian untuk memancing-mancing Pramita dan reaksimu."
        "Pramita karyawan baru itu?"
        "Bukan. Ia mantan pacarku yang dulu meninggalkanku sebelum aku mapan. Sudah kuberi isyarat untuk menunggu tapi tidak dihiraukan. giliran  tahu aku mapan dan telah memiliki Kamu, ia menyesal dan ingin balikan. "
        "Mengapa masih menyimpan dendam?"
        "Permintaan suaminya. Pramita memilih menjadi selirku atau tetap menjadi permaisurinya kendati tidak sekaya diriku? Lucunya, Pramita sesekali ragu antara mau dan tidak mau."
        "Maksudmu tidak mau denganmu?"
        "Bukan,"Danang tertawa kecil sambil menyeruput wedang jahe yang baru saja dituangkan ke gelas di depannya oleh Ratri.