"Makanya, aku mendekati Kamu. Kalian ada kemiripan. Maksudku agar ia nggak semakin ke-GR-an, toh ada juga temanku yang mirip dirinya."
        "Begini ini namanya nggak ikut makan nangka, ikut kena getahnya."
        "Duh, dimintai tolong teman kok segitunya sih."
        "Kamu tahu dampaknya bagiku kan? Bagaimana kalau suami aku marah? Ia sudah mulai curiga kan?"
        "Kan sudah kukatakan, ceritakan sejujurnya masalahku."
        "Mana ia percaya?" Tania tertawa setelah meneguk es jeruknya.
        "Mengapa nggak percaya? Bergantung bagaimana caramu bercerita kan?"
        "Ceritanya begini,"Tania mulai merangkai cerita yang akan disampaikan kepada suaminya,"Temanku Ade, saat itu lagi marahan sama isterinya. Di kantin kampus, ia menegur cewek. Si cewek pun mengejarnya via media sosial. Ia sering dikirimi foto-foto si cewek dalam berbagai pose. Ade kesal. Ia merasa diupayakan untuk ditaklukkan secara sekongkol pula antara si gadis dengan teman-temannya. Ia pun menjadi risih, resah, kemudian memintaku bersandiwara seolah aku adalah pacarnya yang lain lagi. Itu dilakukannya setelah pengakuan bahwa ia telah beristeri gak mempan. Isterinya dianggap angin lewat. Aku yang ada kemiripan dengannya pun dilibatkan agar si cewek mundur. Hehehe."
        "Tapi nggak usah tertawa begitu. Tunjukkan keseriusan agar dipercaya suamimu."
        "Suamiku paling-paling juga akan tertawa. Paling-paling jawabnya, mengapa ditanggapi? Kalau sudah melecehkan isteri, blokir aja. Habis perkara. Gimana kalau jawabannya begitu?"
        "Tapi isteriku tidak menyarankan aku memblokirnya. Kadang ia malah merasa memperoleh bahan untuk menulis novel. Hehehe."