Pendakian ini berawal dari aku dan Ririn, dua orang mahasiswi semester akhir yang sedang bergelut dengan skripsi yang cukup melelahkan.
Kami berencana melakukan pendakian sebagai obat stres menghadapi skripsi. Singkat cerita, aku mengirim pesan kepada Ririn.
"Naik ga nih, Savana Dandaun?" tanyaku.
 "Kapan?" jawab Ririn.
"Besok pagi?"
 "Oke," jawabnya.
Saat itu juga aku langsung mempersiapkan logistik pendakian untuk esok hari.
Keesokan harinya, Ririn menjemputku di rumah. Sebelum berangkat, kami makan siang dan memeriksa kembali perlengkapan. Kami berangkat sekitar pukul 3 sore dan tiba di desa Sembalun sekitar pukul 6 sore. Sebelum ke pos registrasi, kami singgah di masjid untuk menunaikan salat Maghrib. Setelah itu, kami langsung menuju pos registrasi dan memulai pendakian dalam keadaan gelap.
Pendakian Savana Dandaun bisa dibilang cukup mudah dan hanya membutuhkan 1 sampai 2 jam pendakian dengan ketinggian 1.400 Mdpl. Perjalanan dimulai dengan melewati kebun warga, kemudian masuk ke dalam hutan yang tidak terlalu lebat. Setelah berjalan cukup jauh, kami melewati punggungan bukit yang panjang. Jalur ini cukup menguras tenaga karena cukup tinggi, tapi tidak terlalu terjal. Jika kami mendaki lebih awal, mungkin bisa menikmati matahari terbenam yang indah di jalur ini. Namun, perjalanan malam juga menyajikan pemandangan langit cerah bertabur bintang yang menerangi langkah kami.
Kami berhenti sejenak di Pos 2 untuk menikmati suasana malam dan menunggu azan Isya selesai berkumandang. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju pos terakhir. Dari sana, jalur menjadi lebih landai, tetapi kami harus berhati-hati berjalan di pinggir bukit yang dibatasi semak-semak. Setelah sekitar 20 menit berjalan, kami menemukan petunjuk bertuliskan "500 meter ke Savana Dandaun".
Saat tiba di area perkemahan yang luas, hanya ada satu grup pendaki  yang berkemah jauh di dekat hutan. Namun, kami tidak merasa takut karena sudah beberapa kali mendaki ke sini.