Di hadapan nisanmu, aku sadar bahwa ziarah bukanlah perjalanan menuju tempat, melainkan perjalanan menuju asal. Seribu satu malam tak akan cukup untuk menampung semua pelajaranmu. Tapi di sini, di depan pintu ini, aku tahu semua malam itu telah menyatu dalam satu titik---titik yang kau tanamkan di dadaku, dan yang akan terus tumbuh hingga tiba waktuku membuka pintu yang sama.
Angin sore menelusup, membawa harum kenanga. Aku menutup mata, dan pintu itu perlahan memudar. Yang tersisa hanyalah rasa: bahwa waktu hanyalah tirai tipis yang kelak akan tersibak, dan setiap pertemuan sejati hanyalah janji lama antara murid dan mursyid, untuk bertemu kembali di hadapan Yang Satu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI