Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Konsistensi Menjadi Kunci Keberhasilan

29 September 2023   11:53 Diperbarui: 6 Oktober 2023   17:09 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konsistensi dalam melakukan suatu hal | Foto : Pexels / Photo by Peter Olexa

" Satu tons latihan lebih bernilai daripada satu tons khotbath" - Mahatma Gandhi

Sebagai tipe orang yang terburu-buru dan mudah putus asa ketika gagal, saya tidak pernah melihat tindakan yang dilakukan dengan konsisten bisa membuahkan keberhasilan.

Ilustrasi Diet | Foto : Pexels/ Photo by Mikhail Nilov
Ilustrasi Diet | Foto : Pexels/ Photo by Mikhail Nilov

Contoh kecilnya, diet kalori defisit.

Walaupun sudah banyak buku dan channel YouTube yang mengedukasi tentang diet yang benar, saya hanya bisa mengikuti arahannya tidak sampai sebulan.

Ketika melihat tidak ada hasilnya dalam jangka waktu yang cepat, saya langsung beralih ke obat pelangsing, atau mengurangi porsi makan secara ekstrim. 

Olahraga kalau lagi rajin bisa seminggu lima kali, kalau merasa lelah, sebulan pun belum tentu saya lakoni.

Hasilnya, bisa ditebak lah tentunya ada masa "balas dendam", hingga akhirnya berat badan saya malah naik dua kali lipat.

Berbeda dengan salah satu sepupu saya yang secara konsisten, mengikuti arahan diet kalori defisit dengan benar. 

Angka berat badan memang menurun secara perlahan, tapi karena konsisten, maka kini ia sudah memiliki berat badan ideal. 

Berbanding terbalik dengan saya. Hehe.

Ilustrasi konsiten menulis | Foto : Pexels / Photo by Andrew Neel
Ilustrasi konsiten menulis | Foto : Pexels / Photo by Andrew Neel

Contoh lainnya, menulis. 

Saya sempat merasa menulis adalah dunia saya. 

Ketika menulis, saya bisa asyik sendiri, dunia lain serasa ngontrak.

Awalnya saya menulis artikel hampir setiap hari, sebagai bentuk latihan.

Beragam kelas menulis pun saya ikuti, supaya bisa meningkatkan skill. Saat itu saya benar-benar bermimpi ingin menjadi penulis.

Hingga suatu hari ada dua tiga orang yang menyarankan melalui obrolan dan tulisan bahwa menulis itu tidak perlu terlalu sering, yang penting berbobot. 

Dan saya ikuti arahannya, tanpa menggubris saran dari para penulis lainnya yang mungkin memiliki pengalaman berbeda, bahwa latihan menjadi kunci seorang penulis bisa menulis dengan baik.

Dari awalnya saya menulis seminggu sekali, sebulan sekali, hingga akhirnya lupa cara menulis yang baik seperti apa.

Beberapa kali mencoba, namun ide menulis tidak kunjung datang, hingga akhirnya menyerah, tanpa berusaha latihan lagi.

Dan mengambil kesimpulan "yah, mungkin saya ga benar-benar suka menulis". 

Ketemuan dengan teman-teman Kompasianer | Dokpri
Ketemuan dengan teman-teman Kompasianer | Dokpri

Satu hari, saya bertemu dengan teman-teman Kompasianer. 

Senang sekali bertemu dengan mereka, walaupun hanya sebentar. Obrolannya begitu sederhana, tapi terasa saya ditransfer ilmu pengetahuan.

Rasa rindu untuk menulis pun membuncah kembali.

Namun ketika menyusunnya, dan membaca ulang, saya langsung tekan "delete" karena merasa payah sekali isi tulisannya.

Karakter mudah putus asa pun kembali muncul, dan akhirnya memutuskan, "memang lebih baik saya tinggalkan saja, toh memang ga berbakat menulis".

Saat down, saya pun mulai berpikir "mengapa saya selalu gagal? Padahal saya selalu belajar dan berusaha".

Tuhan dan media sosial pun berbaik hati memberikan jawaban dengan cepat, bahwa selama ini kunci kegagalan saya adalah ketidak-konsistenan.

Salah satu sosial media yang dihandle oleh seorang teman | Tangkapan layar Instagram @ngopidiserpong
Salah satu sosial media yang dihandle oleh seorang teman | Tangkapan layar Instagram @ngopidiserpong

Ada satu kesempatan, saya ngobrol dengan teman saya yang kini kontennya dilirik oleh banyak brand cafe dan kopi ternama. 

Kuncinya adalah belajar, latihan dan konsisten posting.

Belum lagi, adanya channel YouTube anak-anak muda usia 20an yang sudah menyadari bahwa konsistensi menjadi kunci keberhasilan. 

Buku Atomic Habits | Foto : Dokpri
Buku Atomic Habits | Foto : Dokpri
Buku Atomic Habits, yang menulis konsistennya James Clear menulis artikel di blognya setiap seminggu dua kali membuatnya dikenal sebagai expertise dibidang habit dalam beberapa tahun kemudian.

Bukunya kini sedang saya baca, dan tulisannya beliau cukup detail bagaimana kita melakukan sesuatu secara konsisten hingga menjadi habit.

Yang kini sedang saya pelajari adalah "mengapa saya selama ini tidak bisa konsisten?"

Buku ini memberikan jawabannya pada saya, bahwa selama ini mindset saya adalah "ingin menjadi", dan  tidak pernah membentuk identitas diri bahwa apa yang ingin saya capai adalah bagian dari diri saya.

Ini baru sebagian lho yang saya baca, semoga lembaran berikutnya seperti review para pembaca lainnya, bisa memberikan bimbingan agar saya bisa konsisten dengan habit yang baik.

Nah, mulai hari ini saya pun berencana akan kembali konsisten melakukan hal yang saya anggap bermanfaat agar usia senja nanti saya tidak menyesal dan merenungi "mengapa hidup saya penuh kegagalan?".

Setidaknya, saya sudah berusaha.

Semangat terus kaum yang suka terburu-buru dan mudah putus asa  seperti saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun