Dan mengambil kesimpulan "yah, mungkin saya ga benar-benar suka menulis".Â
Satu hari, saya bertemu dengan teman-teman Kompasianer.Â
Senang sekali bertemu dengan mereka, walaupun hanya sebentar. Obrolannya begitu sederhana, tapi terasa saya ditransfer ilmu pengetahuan.
Rasa rindu untuk menulis pun membuncah kembali.
Namun ketika menyusunnya, dan membaca ulang, saya langsung tekan "delete" karena merasa payah sekali isi tulisannya.
Karakter mudah putus asa pun kembali muncul, dan akhirnya memutuskan, "memang lebih baik saya tinggalkan saja, toh memang ga berbakat menulis".
Saat down, saya pun mulai berpikir "mengapa saya selalu gagal? Padahal saya selalu belajar dan berusaha".
Tuhan dan media sosial pun berbaik hati memberikan jawaban dengan cepat, bahwa selama ini kunci kegagalan saya adalah ketidak-konsistenan.
Ada satu kesempatan, saya ngobrol dengan teman saya yang kini kontennya dilirik oleh banyak brand cafe dan kopi ternama.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!