Karya :  NaharÂ
*
"Kehilanganmu, adalah hal paling terburuk sepanjang usiaku yang hampir genap duapuluh empat tahun"
"Kehilanganmu, adalah hal yang paling hening dari semua ruang kedap suara di dunia"
"Dan kehilanganmu, adalah hal yang paling membuatku merasa tidak berguna, meski sejauh langkahku mencari arti kehidupan....", ujar sang bait-bait angan pada sinetron yang tampil di layar otakku.
Hey, jasad!
Lupakah jiwaku?
Tentang seseorang yang lebih rindu padaku dari masa lalu yang jauh ...
Yang mana pernah terlukis pada pesan yang membuatku merasa hancur kala bercermin dan sadar menatap wajahku yang kotor, dekil, bau dan penuh dengan najis
kesadaran yang meradang hingga ke paling dalam palung hati, menjadikan kangker ganas kepada kedua belah otak kanan dan kiri yang sempurna untuk paham akan rasa
Tertulis dengan cetak tebal, pada belantara badrol murah, di parade napsu yang terbingkai manis namun wajib kusiksa akhirnya dengan berpuasa ...
Hei, akalku yang lemah!
Hei, hatiku yang kacau!
Hei juga, buat semua sel dan partikel terkecil yang tengah bersosialisai menjadi satu kesatuan anatomi indra perasa jasadku. Adakah akan terus lemah seperti itu? dan terus menerus menatap cintamu yang tengah berdarah-darah terluka?
Adakah penawar rasa yang kau tengah cari?
Kau cari tanpa terus menangis? Menangis dan tergeletak bagai primadona manis yang habis dilecehkan Tuannya?