Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengejar Kunang Kunang

25 Maret 2024   16:14 Diperbarui: 26 Maret 2024   18:47 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu malam sebelum Ramadhan, kami berempat sebagai remaja ala kadarnya membuat rencana menyambut Ramadhan , salah satunya setiap hari atau seminggu sekali sholat tarawih berjamaah berpindah tempat. Menurut Roni , salah satu kawan kami yang mengusulkan.

" Bagus itu Ron, aku setuju " Kata Andi.

" Bagus juga untuk perbaikan gizi, " kelakar Doni.

Sontak kami berempat tertawa ,  saking asyiknya sampai tidak tahu menjadi pusat perhatian orang disekitar kami.

" Hitung-hitung ini bisa jadi cerita sebelum kamu pulang kampung Rama " Iwan menoleh kepadaku.


"Ide bagus" Balasku.

" Kamu kembalikan tapi ke taman impian kita ini?" Tanya Roni.

" Belum tahu Ron, lihat situasi dan kondisi. Apalagi sebentar lagi kita bakal meneruskan ke SMA dengan daerah yang berbeda"

Ketiga kawanku menghela nafas, tampak tidak suka mendengar jawabanku.  

Tiba --tiba Doni membuyarkan lamunan ketiga temannya,

" Kabarnya di desa pinggir jalan raya , ada berita yang bikin geger sampai ke sini"

" Apaan Don?" Iwan meragukan perkataan temannya itu .

" Menurut rumor yang beredar, kunang-kunang yang bertebaran membuat orang takut keluar rumah"

" Itukan mitos sejak jaman dulu yang katanya dari kuku orang mati kan" Rama menyangsikan.

" Bukan , lebih dari itu"

" Emang apaan Don? " Iwan penasaran.

" Setiap kali kunang-kunang itu bertebaran, selalu saja ada hal yang tak baik"

" Menurutku, mungkin kebetulan aja" Rama tidak percaya.

" Apa perlu kita perlu tahu itu?" Doni mengajak ketiga temannya .

" Kita setuju " Roni dan Iwan menyetujui, sedang Rama menghela napasnya . 

            Senja  pun datang, tetapi empat sekawan itu berjalan beriringan dengan tertawa membawa sejumlah makanan ringan. Mereka berniat memulai Ramadhan dengan sekumpulan penjual yang menjual takjil hinga menjelang  membangunkan sahur. Adzan berkumandang, banyak manusia berbondong-bondong memadati pasar dan di depan serambi masjid. Menenteng sajadah dan bersiap berjamaah. Kami pun beriringan bersama mereka agar menerima berkahnya Ramadhan, namun tak lupa dengan tujuan kami yakni menghabiskan waktu sebelum kepulangan Rama.

            Begitulah Ramadhan selalu punya warnanya di setiap kali datang. Dari kejauhan anak-anak kecil berlari dan orang-orang dewasa mulai membisikkan kedatangan kunang-kunang di malam hari itu. Hampir setiap hari  aktivitas seperti itu yang membuat kami penasaran untuk mengetahui apa yang terjadi , karena tempat kejadiannya di daerah yang ketika waktu kecil sempat kami kunjungi, namun tidak untuk saat-saat ini.

            Doni yang sedari kemarin-kemarin penasaran mengajak kami menelusuri kejadian itu mulai menunjukkan keseriusaannya. Kami pun mengikutinya dan bersepakat melakukan jalan-jalan malam hari setelah tarawih. Hari semakin malam menunjukkan pekatnya, Doni mengikuti asal mula keluarnya kunang-kunang . Rama dan Iwan mengikuti kemana terbangnya kunang-kunang dan mencoba menangkapnya. Roni mempersiapkan berbagai peralatan untuk menangkar kunang-kunang.

            Sesampainya di pemakaman , banyak kunang-kunang bertengger di pohon-pohon. Iwan mencoba mendekati tempat bertenggernya kunang-kunang dengan diikuti Rama. Ketika Iwan perlahan mendekati dan mencoba menangkapnya , ia pun kaget karena tiba-tiba ia melihat sesuatu di atas pohon besar . Rama mencoba menenangkan kawannya , karena yang dilihat di hadapannya adalah sepotong kain yang terbawa angin. Rama mengatakan bahwasanya sebelum Ramadhan salah satu makam orang yang kebetulan meninggal di hari kamis mengalami pencurian. Terang saja, paginya banyak warga berbondong-bondong melihat dan mereka saling bertanya karena semalaman mereka berburu kunang-kunang yang bertebangan kemana-mana.

            Di lain tempat, Doni menyusuri tempat awal mula keluarnya kunang-kunang tersebut. Ia kemudian bersembunyi  di balik pohon besar mendekati rumah tua yang disana terdapat orang-orang berpakaian preman seolah melakukan sebuah rencana. Mendengar ketika salah satunya ingin merencanakan perampokan , Doni segera berlari dan memberitahukan kawannya. Sayangnya ,  salah satu pot bunga terjatuh , menyebabkan langkah kaki Doni terdengar oleh para preman tersebut. Mereka pun mengejar Doni . Iwan dan Rama kembali dari pemakaman dan membawa beberapa kunang-kunang ke tempat Roni untuk diteliti.

            Tak jauh dari tempat Iwan dan Rama berjalan , ia melihat Roni yang tersenyum-senyum setelah menangkap beberapa kunang-kunang yang datang kearahnya.

" Eh, senang banget ya" Tanya Iwan.

" Seneng banget bro, tadi disini banyak banget" Jawab Roni

" Tangkapannya dapat banyak" Tambah Rama

" Nggak juga sih, takjub aja tadi banyak kunang-kunang berkeliling kayak aku masuk sebuah taman surga"

" Ngomong-ngomong, kemana Doni" Tanya Rama.

" Tak tahu aku, kayaknya ia lari ke tempat yang bersebarangan dengan kalian" Jawab Roni.

            Dari kejauhan Doni berlari dan mendekati ketiga kawannya itu. Ia menceritakan kejadian yang ia alami dan meminta temannya bersembunyi. Mereka semuanya  berlari, namun Doni melarikan diri sendiri. Ketiganya berlari kearah yang berbeda. Doni berlari sampai menuju sawah yang disana ada dua orang dewasa yang mencari kunang-kunang. Satu seorang tua renta dan lainnya tidak terlalu tua. Tak disangka , gerombolan preman itu datang menertawai Doni dan berusaha menangkapnya. Dua orang sedari tadi tahu kedatangan Doni berusaha melerai hal tersebut. Seorang yang tua renta tiba-tiba dipukul tanpa ampun.

            Seorang lagi tidak hanya melihat, berusaha menyelamatkan walaupun ia terjatuh dan babak belur. Doni berusaha mengambil jalan keluar dengan berlari karena ia sadar tidak bisa menyelamatkan mereka berdua. Setelah keduanya cukup parah babak belur, para preman mengejar kembali Doni. Tak jauh dari tempat Doni, ia bertemu Roni yang berdiri di hadapannya dan tersenyum.

" Ayo kita lari, Ron!"

" Eh sebentar, tak masukkin dulu"

" Kamu masih sibuk cari kunang-kunang, tidak cari bantuan?"

" Sudahlah ikuti kemana aku lari"

Mereka berlari sampai ke sebuah perkampungan kecil dan disana banyak remaja dan dewasa mempersiapkan acara bangun sahur. Para preman kemudian berlari menuju perkampungan dan melihat sekumpulan remaja bersama Doni dan Roni. Para remaja berbalik mengejar preman. Iwan dan Rama membawa beberapa orang dewasa yang salah satunya adalah RT setempat. Alhasil para preman berhasil ditangkap. Keempat sekawan itupun merasa lega dan petualangan malam mereka berlanjut bersama remaja lainnya.

            Esok malamnya keempat sekawan itu berkumpul lagi sembari mengingat malam yang tegang itu.

" Kabarnya preman yang ditangkap kemarin selain berencana merampok juga melakukan tindakan pencurian mayat" Terang Rama.

" Oh begitu ya, untung kita selamat" Iwan bernafas lega.

" Mau berburu kunang-kunang lagi, tuh di langit sudah kelap-kelip" Ajak Roni.

"Boleh, asal gak sampai kejar-kejaran ke tanah yang berlumpur" Balas Doni.

Mereka pun tertawa bersama.  

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun